Oleh : Musthofa Umar, S. Ag., M. Pd.I.
Opini saya kali ini, adalah
menyangkut dengan peringatan HARKITNAS (Hari Kebangkitan Nasional) kemarin, 20
Mei 2012. Sebagai warga negara, tentu momentum seperti ini, tidak boleh kita
lupakan begitu saja, karena kita hidup sampai saat ini adalah dari rangkain
berbagai sejarah masa lalu. Mengingat kembali sejarah, hendaknya menjadikan
kita lebih meningkatkan rasa yang dalam memiliki sejarah tersebut. Sebagai
pelajaran yang berharga untuk memupuk hidup kita tentu lebih baik. Dan
HARKITNAS kali ini, mari kita jadikan sebagai hari dimana kita harus bangkit
dari masalah-masalah yang membelenggu bangsa ini, terutama masalah kemiskinan
dan keterbelakangan saing dengan kemajuan negara-negara yang lain. Kesimpulan
opini saya, dan menjadi tema opini kali ini adalah, bangkit dari kemalasan.
Banyak dari kita malas untuk melakukan
sesuatu yang menjadi harapan masa depan kita. Terkadang kita hanya senang
menunggu, senang dilayani dan senang sesuatu yang instan, tanpa usaha dan karya
serta inovasi yang murni dari kita sendiri.
Kembali ke sejarah, 20 Mei yang
selanjutnya dikenal dengan HARKITNAS (Hari Kebangkitan Nasional). Kalau kita
kembali membaca sejarah bangsa ini, bahwa hari kebangkitan nasional terbentuk
berdasarkan, hari dimana berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Namun sebenarnya seperti yang ditulis Wikipedia, bahwa sebenarnya Hari
Kebangkitan Nasional berawal dari Kebangkitan pergerakan Nasional Indonesia
yang dipelopori dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar
Laweyan Solo Jawa Tengah dan lambat laun Sarekat Dagang Islam berubah menjadi
Sarekat Islam. Soetomo, Ir. Soekarno,
Dr. Tjipto Mangunkusumo, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang selanjutnya pada
tahun 1922 menjadi Ki Hajar Dewantara dan dr. Douwes Dekker serta para tokoh
yang lain, tergabung dalam Pergerakan dengan satu tujuan untuk membangkitkan
semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan dan kesadaran memperjuangkan
kemerdekaan Negara Indonesia pada saat itu, yang belum pernah dilakukan selama
masa penjajahan 350 tahun. Impian-impian mereka, menjadi satu dan menjadi
kekuatan yang tak terkalahkan, sehingga bangsa ini berhasil direbut kembali dan
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Semangat para tokoh ini, tentu
menjadi inspirasi kita semua agar bagaimana semangat nasionalisme kita tetap
berkobar. Kita tentu tidak rela jika Indonesia direndahkan oleh bangsa lain.
Bagaimana kasus-kasus yang sudah, seperti perebutan atau pengklaiman batik oleh
Malaysia. Namun semangat nasionalisme itu, bukan bersifat membela Indonesia
dari rong-rongan bangsa lain, akan tetapi bagaimana mencintai Indonesia dengan
membangun Indonesia ini lebih baik. Berbuat ‘curang’ atau amoral dalam bangsa
sendiri (Indonesia) sama halnya merusak Indonesia dari dalam. Lalu apa artinya
kita menjaga Indonesia dari gangguan negara lain, sedangkan rakyatnya sendiri,
sedikit-demi sedikit menghancurkannya dari dalam. Semangat persatuan dari para tokoh pergerakan
Boedi Oetomo, adalah bagaimana mereka mempersatukan berbagai Perkumpulan
(Sarekat), agama, ras, suku dan bangsa untuk merebut kedaulatan bangsa ini dari
Belanda (Penjajah). Perjuangan beliau, ibarat seorang pemuda yang sedang jatuh
cinta. Bagaimanapun upaya, agar si pemuda mendapat wanita idamannya. Dan tentu
begitu wanita idaman itu di dapat, haruskah kita campakkan??! Tentu kita cintai
dengan memberikan yang terbaik, agar selalu harmonis.
Sifat malas kita sesungguhnya
membuat Indonesia semakin terpuruk. Bayangkan bagaimana akibatnya kalau
pelajar-pelajar kita, malas belajar? Mereka akan menjadi tukang contek, mereka
akan menjadi tukang jiplak dan selalu menunggu hasil karya orang. Bagaimana
kalau mahasiswa kita malas? Maka perkuliahan hanya sesuaknya saja, dan skripsi
juga bukan karya sendiri. Bagaimana kalau pemimpin-pemimpin kita malas? Tentu
banyak pekerjaan yang terbengkalai dan banyak bawahan/rakyat yang tidak
terurus. Dan anda bayangkan, kalau
banyak anak-anak muda kita malas mencari kerja? Tentu mereka akan menjadi pengangguran
dan melakukan tindak-tindak kriminal yang merugikan banyak orang umumnya bangsa
Indonesia sendiri. inilah yang akan terjadi, bila sifat malas kita terus
dipelihara, ayo semua kita bangkitkan semangat kita dalam mengisi Hari
Kebangkitan Nasional 20 Mei 2012 ini.
Pemerintah kita sebenarnya sudah
banyak berbuat untuk kita semua. Berbagai bantuan telah diberikan kepada kita,
namun lagi-lagi karena kebanyakan kita malas, bantuan habis tanpa arti. Banyak
orang bilang, pemerintah kita sering memberikan umpan ketimbang pancingnya.
Namun bagi saya, justru kitalah yang harus kreatif untuk merubah umpan itu
menjadi pancing. Bagaimanapun seorang bayi, tidak harus selalu di suapin dalam
makannya, atau dimandiin dalam mandinya, suatu saat dia akan makan dan mandi sendiri,
walau ibu dan bapaknya masih kuat dan bisa untuk menyuapi dan memandikan dia.
Itulah gambaran sifat kreatif yang menimbulkan inovasi untuk bertahan hidup,
bukan selalu berharap dibantu orang lain.
Jangan bertanya, “apa yang
Indonesia sudah berikan kepadamu, namun pertanyakanlah apakah yang sudah kamu
berikan kepada Indonesia?”. Kemerdekaan yang diperjuangakan para tokoh kita,
adalah nilai yang sangat mahal jika ditukar dengan bermalas-malasan. Indonesia
butuh dibangun lebih baik, supaya bisa bersaing dengan bangsa-bangsa yang sudah
maju terlebih dahulu. Inilah yang pernah dilakukan para pendahulu kita. Mereka
menyatukan tekad untuk tujuan yang sama. Kitalah yang harus melanjutkan
semangat-semangat mereka untuk memerdekakan Indonesia ini dari kemiskinan, dari
pengangguran, dari rendahnya moral-moral anak bangsa ini. Kepada anda yang menjadi pejabat, berhentilah
dan jangan sampai terlintas niat untuk korupsi. Dengan sadar atau tidak,
korupsi akan membuat negara ini hancur, lalu kalau sudah hancur bisakah
diperbaiki dalam waktu cepat? Bagaimana pula nasib rakyat kita yang dalam garis
kemiskinan, jika uang yang seharusnya bisa disalurkan kepada mereka, menjadi
tidak bisa karena anda korupsi? Dan bagaimana anda akan menyalahkan mereka yang
mempunyai pemikiran sempit, dan menggunakan cara-cara sendiri untuk mencari
uang?
Korupsi tidak hanya masalah
finansial, namun korupsi waktu bagi para pendidik misalnya, karena mereka
bermalas-malasan, makan akan mengakibatkan murid-murid menjadi tidak terurus.
Kalau semalam anda menonton salah satu station tv, kenapa India menjadi urutan
ke-10 negara dunia yang pendapatan warganya besar? Jawabannya karena keseriusan
mereka dalam hal pendidikan. Pendidikan adalah harapan Indonesia untuk bangkit
dari keterpurukan. Kalau kita kebali ke
sejarah pun, para tokoh yang menggerakkan Kebangkitan Indonesia ini, adalah
tokoh-tokoh yang berpendidikan. Dari itu, bagaimana dan seperti apa nasib
bangsa ini ke depan, tergantung kepada pendidikan apa yang diberikan para
pendidik kita kepada generasi ini. Bukan hanya mengejar BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan jempol
atasan karena 100 porsen lulus, sehingga UN (Ujian Nasional) pun nilai siswa
harus kita katrol. Akan tetapi kualitas yang dicari. Minoritas asal kualitas
itu lebih baik dari pada mayoritas akan tetapi kualitasnya diragukan dan tidak
bisa diandalkan.
Dan kini 20 Mei 2012 menjadi hari
Kebangkitan Nasional yang ke 104. Tidak terasa satu abad lebih, kita
memperingati HARKITNAS ini. Pemerintah menetapkan tema perayaan tahun ini yakni,
“Dengan semangat hari kebangkitan Nasional, kita tingkatkan kesadaran berbangsa
dan bernegara yang berkarakter, damai dan berdaya saing menuju masyarakat yang
sejahtera”. Maka menjadi pertanyaan
dibenak kita masing-masing, seberapa berdaya saingkah kita dan seberapa damai
serta sejahterakah kita saat ini? Sudah berkarakterkah bangsa kita? Lalu siapa
yang seharusnya menciptakan itu semua? Apakah cukup pemerintah semata atau kita
semua yang harus bertanggung jawab?
Pertanyaan-pertanyaan itu,
hendaknya menjadi pertanyaan kita semua. Karena kita semualah yang akan
menjawabnya. Para tokoh sudah mempersembahkan kemerdekaan bangsa ini, lalu
sebagai generasi selanjutnya, kitalah yang harus mengisinya dengan berbagai
macam aktivitas yang mencerminkan Indonesia lebih baik dari 104 tahun yang
lalu. Memaknai HARKITNAS bukanlah sekedar seremonial belaka, namun harus lebih
bermakna dalam membangun karakter bagsa yang sebenarnya sudah banyak yang
hilang. Misalnya semangat gotong royong, semangat sopan santun, baik dalam
bertutur sapa dan berpakaian sudah lama hilang. Bangsa kita telah banyak
‘ternodai’ oleh budaya-budaya bangsa lain yang tidak begitu pantas untuk bangsa
kita. Mencontoh bangsa lain, tidak harus dalam hal mode dan cara bergaul, tapi
harusnya mencotoh kreatif mereka sehingga bisa terkenal oleh bangsa lain.
Indonesia belum begitu terkenal di luar negeri, banyaknya pengiriman TKI dan
TKW menjadi tolak ukur, kalau kita masih negara miskin yang tidak mampu bangkit
dari kemiskinan. Atau budaya kita tadi, yang selalu malas sehingga tidak bisa
hidup dengan kekayaan sekitar.
Belajarlah dari semangat tokoh
pendiri kita, begitu inginnya Indonesia diakui oleh bangsa-bangsa lain. Dan
keinginan mereka itu, baru terwujud 1945. Mereka bersatu, menyatukan visi dan
misi yang sama, meninggalkan rasa kesukuan, ras, bangsa, agama dan daerah demi
Indonesia. Akan tetapi kalau semangat itu dicederai, tentu mereka tidak rela
andai mereka tahu. Dosen saya pernah mempunyai pemikiran, kenapa Pembukaan UUD
1945, Soekarno dan perumus Pembukaan UUD 1945 dulu, mengatakan “sampailah pada
gerbang kemerdekaan” bukan di dalam, tapi gerbang. Artinya bahwa kita sebagai penerus bangsa
ini, tidak dibikin manja. Banyak hal yang harus dilakukan di dalam sana, yakni
Indonesia sendiri. dan tokoh-tokoh kita sudah bersusah payah mengantar kita ke
gerbang kemerdekaan, seolah-olah mereka ingin mengatakan kepada kita,
“lanjutkan!”. Semangat tokoh Pergerakan waktu itu, juga mengajarkan kepada
kita, tidak ada kesan saling menonjolkan diri, atau berjuang sendiri-sendiri.
Nah karakter bangsa kita yang inilah hendak ingin dikembalikan dalam pringatan
HARKITNAS saat ini. Bangsa kita sudah lama memimpikan itu semua, memimpikan
para tokoh-tokoh di atas sana bersatu, saling bahu membahu untuk membenahi
keterpurukan yang terjadi, terutama masalah kesejahteraan masyarakat kita.
Kalau dulu para tokoh kita
bersatu memperjuangkan kemerdekaan, nah sekarang setelah kitamerdeka tentunya
kita juga harus bersatu dalam mengisi bangsa ini. Allah berfirman dalam
al-Qur’an Surat Ali-Imron ayat 103, “Berpeganglah kamu sekalian kepada tali
agama Allah dan janganlah kamu berpecah-belah dan ingatlah akan nikmat Allah…”
begitupun juga dalam Surat al-Hujarat ayat 10-11. Dalam ayat ini, Allah
menegaskan tentang persaudaraan antar sesam ummat Islam dan larangan saling
menghina antara laki-laki dengan laki-laki yang lain, begitu juga dengan
perempuan yang satu dengan perempuan yang lain. Janji Allah apabila ayat ini
kita lakukan, maka kita akan diberikan Rahmat-Nya, sebaliknya kalau kita tidak
melaksanakan atau berusuh-musuhan, tidak bersatu dan saling hina, maka Rahmat
Allah tentu akan jauh. Na’udzubillahiminzaalik..
Penulis adalah, Penyuluh Agama Islam di KUA
Mpunda Kemenag Kota Bima
dan Sekretaris Forum Komunikasi Penyuluh
Agama Islam Kota Bima.