Minggu, 29 Januari 2012

Manusia, Pemimpin di Bumi bukan Perusak!



Oleh : Musthofa Umar

Sering kita dengar cerita-cerita ustad kita dulu, bagaimana saat penciptaan manusia pertama (Nabi Adam as). Allahpun menetapkan tujuan penciptaanNya adalah untuk memimpin bumi ini. Sempat malaikat tidak setuju, dengan alasan nantinya manusia akan menjadi perusak bumi saja, saling bunuh dan sebagainya. Namun jawaban Allah SWT, Aku maha tahu apa-apa yang kamu tidak ketahui. Bahkan iblis tidak mau sujud karena merasa lebih mulia penciptaannya dari pada Nabi Adam as yang hanya dari tanah. Ini semua cerita Allah SWT dalam FirmanNya di surat Al-Baqarah ayat 30 dan 34.
Allah SWT telah menjadikan alam ini begitu indah, dan planet bumi yang kita tinggali adalah satu-satunya planet yang bisa kita diami dari pada planet-planet yang lain. Semua isi alam, dari semua unsur yang ada hanya diperuntukkan untuk manusia. Terutama empat unsur yang menjadikan manusia ada. Empat unsur itu adalah air, tanah, udara dan api. Dari itu menjaga bumi sama dengan menjaga tubuh ini dari binasa. Karena antara satu dan lainnya saling ketergantungan, untuk sama-sama mempertahankan hidup. Akan tetapi semua kembali kepada manusia yang paling sempurna penciptaannya. Dari itu kita yang dihormati Allah diberikan kemulyaan untuk mengelola bumi dari pada makhluk-makhluk lain. Mengelola flora (tumbuh-tumbuhan), mengelola fauna (hewan), udara, air, laut, sungai, mineral, energi, zat dan apa saja yang dibutuhkan untuk kelestarian manusia kita harus pimpin dan jaga kelestariannya.
Namanya pemimpin harus memberi contoh yang baik terhadap apa-apa yang dipimpinnya. Harus meneggak supermasi hukum Allah SWT yang sudah dibuat. Seperti yang saya tulis di atas, bahwa manusia diciptakan Allah SWT dari unsur-unsur yang ada di bumi. Coba kita telaah kembali ayat 61 surat Hud, Allah SWT berfirman, “Dia (Allah) yang telah menjadikan kamu dari bumi (tanah) dan memerintahkan kamu untuk memakmurkannya, dan mohon ampunlah kamu pada-Nya dan bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Allah maha dekat dan maha menerima permintaan”. Secara biologis manusia berasal dari unsur tanah, awal mula berbentuk debu, lalu berubah menjadi lumpur kemudian menjadi lumpur hitam dan setelah itu menjadi patung manusia dan proses terakhir, Allah SWT meniupkan ruh pada patung manusia (Adam) saat itu. Demikian Allah SWT bercerita dalam firman-firman-Nya di al-Qur’an tentang kejadian manusia.
Berangkat dari proses penciptaan ini, sebagian agama ardi (bumi) mempercayai hal itu bahwa manusia berasal dari debu dan kembali ke pencipta-Nya harus berbentuk debu. Sehingga untuk menjadikan manusia debu, setelah meninggal mereka di aben (bakar) dan abunya diarungkan ke laut untuk menuju Sang Hyang Widi Wase. Kembali ke proses kejadian manusia di atas, begitu terlihat bahwa manusia sangat tergantung kepada bumi/tanah, air, udara dan unsur-unsur lain yang ada di bumi. Maka wajarlah manusia harus memakmurkan bumi/tanah ini, membangun, memperbaiki dan menjaga ekosistem yang berlaku di bumi, hal inilah yang merupakan bentuk kepimpinan manusia sesuai tujuan penciptaannya di bumi oleh Allah SWT.
Hal tersebut merupakan sasaran utama dalam memakmurkan bumi. Manusia harus melestarikan makhluk lain seperti flora (tumbuh-tumbuhan), fauna (hewan).  Apabila manusia tidak melestarikan ekosistem alam ini, akan berakibat kepada diri mereka sendiri. Misalnya kalau kita membabat habis hutan, atau membakarnya maka akan mengakibatkan bencana longsor, kekeringan, banjir, polusi udara sehingga dampaknya yang lebih besar bahwa manusia akan mengalami masa paceklik atau kelaparan dan kekurangan gizi. Kenikmatan sesaat dalam menikmati hasil bumi tidak sebanding dengan akbibat yang akan ditimbulkan untuk generasi-generasi kita selanjutnya. 
Contoh lain di laut misalnya, perusakan hutan bakau akan mengakibatkan abrasi terus-menerus karena tidak adanya pemecah gelombang di pinggir laut. Belum lagi, bakau atau tanaman lain di laut adalah tempat bertelur dan berkembang biaknya ikan serta sejenisnya. Maka kalau manusia merusak itu, ikan akan pindah ke tempat lain, nelayan kita akan kering dalam menangkap ikan. Termasuk menjarah terumbu karang di dasar laut, itu juga bisa membuat pindahnya ikan-ikan kecil yang hidup di sana, karena tidak ada tempat bertelur dan melindungi diri dari ikan-ikan besar. Nah kalau ikan-ikan kecil sudah tidak ada, maka secara langsung ikan-ikan besar juga tidak ada, karena makanannya tidak ada yakni ikan-ikan kecil, ikan-ikan itu juga akan berpopulasi ke tempat lain, sehingga mengurangi jatah nelayan setempat.
Kita lihat peringatan Allah SWT dalam surat Al-Qashash ayat 77, “dan carilah apa-apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (untuk kebahagiaan negeri akhirat) dan janganlah kamu lupakan bagianmu (kebahagiaan) di dunia dan berbuat baiklah kepada makhluk-makhluk lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di atas bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan”. Bukan hanya itu peringatan dan perintah Allah SWT, di ayat 204-205 surat Al-Baqarah Allah SWT juga mengingatkan kita, “dan diantara manusia-manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia sangat menarik kamu, dan dipersaksikan kepada Allah (atas kebenaran ucapannya) apabila ia adalah penantang yang paling keras dan apabila ia berpaling darimu ia berusaha berbuat kerusakan di muka bumi dan menghancurkan tanaman, ternak, dan sebagainya. Dan sesungguhnya Allah tidak menyukai kerusakan”.
Ternak saja, walau diperuntukkan untuk kesejahteraan manusia, namun dalam memperolehnya harus dengan jalan halal. Dalam penyemblihannya, harus menyebut nama Allah dan beberapa syarat rukun yang harus dipenuhi, sehingga syah dan halal untuk dimakan. Itu merupakan bentuk atau cara manusia memperlakukan sesama makhluk dengan baik dan benar. Bukan karena manusia sebagai pemimpin, lalu semena-mena terhadap yang dipimpin walaupun dia (binatang/hewan) itu bukan dari bangsa kita. Kalau saya simpulkan, ada beberapa unsur-unsur bumi yang harus kita pelihara kelestariannya; pertama, air. Mengenai air, firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30, “dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, apakah kamu tidak beriman?”. Begitu pentingnya air sehingga Allah sampai menyandingkan ayat ini dengan kata-kata iman. Memang benar sekali, bahwa manusia juga lahir dari air. Begitupun dengan segala yang tumbuh dan hidup, sel-sel mereka tercipta dari air. Sehingga kita sangat tidak dibenarkan mencemarkan air.
Hadits Rasululullah SAW dari sahabat Mu’az bersabda, “hindarilah (takutlah) tiga kutukan; (1) buang kotoran pada air yang mengalir, (2) di jalan yang dilalui orang, dan (3) di tempat-tempat berteduh”. Hadits ini masuk ke larangan-larangan buang hajat sembarang tempat. Adab manusia harus membuang kotorannya ditempat yang tertutup dan tidak menganggu orang lain. Sungai dan laut adalah air yang mengalir, banyak orang yang memanfaatkannya. Ada sebagian orang yang menggantungkan hidupnya di air, misalnya mencuci, membersihkan beras, memandikan hewan-hewan mereka dan mencari ikan atau hasil laut yang lain. Maka kalau banyak kotoran manusia, tentu akan jijik dan tercemar sehingga air tidak bisa dimanfaatkan lagi dengan baik.
Kedua, tanah. Unsur yang ini tidak kalah penting juga dengan unsur yang pertama tadi (air). Tanah berkaitan dengan air, tanah bisa menyimpan dan mengeluarkan air. Dari tanah, segala bentuk tanaman yang dimakan manusia tumbuh, terkadang dalam unsur tanah juga ada benda-benda yang bisa untuk dimanfaatkan manusia. Misalnya; emas, batu berlian, timah, marmer, batu kapur, tembaga, besi, nikel, atau untuk kerajinan-kerajina tangan(gerabah, batu-bata, genteng). Semuanya untuk kepentingan manusia, nah apabila manusia tidak bisa mengelola dan menjaga dengan baik, maka akan berakibat buruk kepada manusia juga.  Ketiga, tumbuh-tumbuhan. Dengan unsur pertama dan kedua juga berkaitan. Tumbuh-tumbuhan, tidak akan bisa tumbuh tanpa ada tanah dan air yang menyiram serta memberikan minum akar-akar mereka. Tumbuh-tumbuhan, baik yang berbuah maupun tidak berbuah sangat dimanfaatkan manusia. Untuk makanan, minuman, tempat tinggal dan peralatan-peralatan lain dalam melangsungkan kehidupan mereka. Dari itulah kita sangat diminta untuk menjaga kelestarian alam ini.
Karena pentinya menjaga tanaman/tumbuh-tumbuhan, sampai Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah sabdanya, “jika seandainya besok terjadi hari kiamat, sedangkan ditanganmu ada bibit tanaman, hendaklah kamu menanamnya, bagimu akan mendapat ganjaran disisi Tuhanmu”. Terkadang tidak dirasakan manfaatnya langsung akan tetapi nantinya dirasakan juga, misalnya madu yang dihasilkan dari lebah yang menghisap putik sari bunga-bunga semua tanaman. Keempat, hewan. Kelangsungan hidup manusia, juga bergantung pada hewan. Hewan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan (rumput dan daun-daunan) untuk dimakannya, membutuhkan air dan menyumbangkan pupuk dari kotorannya untuk tanah yang menyebabkan tanah menjadi subur untuk tanam-tanaman. Lalu manusia menikmati hewan dalam bentuk gizi yang luar biasa, dari telur ayam, daging ayam, sapi, kerbau dan memanfaatkan tenaga kuda untuk menarik pedati mereka, memanfaatkan tenaga kerbau dan sapi untuk menggarap sawah mereka.
Dalam menghormati hewan, Allah bercerita dalam ayat-ayat-Nya tentang hewan yang masuk syurga nantinya. Misalnya burung Hud-hud dan Semutnya Nabi Sulaiman as, Ontanya Nabi Shaleh as, Anjingnya Ashabul Kahfi. Demikian halnya hadits Rasululullah SAW tentang hewan, dalam dua hadits yang bercerita manusia akan dimasukkan syurga dan disiksa karena hewan. Misalnya, hadits tentang masuknya syurga seorang PSK karena memberi minum Anjing yang sedang kehausan. Dan disiksanya seorang perempuan akibat mengikat Kucing dan tidak memberi makan serta  minum sampai mati. Dengan begitu, sungguh hewan merupakan makhluk yang juga harus dihormati keberadaanya. Dan tidak ada satupun makhluk Allah SWT yang diciptakan-Nya sia-sia, melainkan ada manfaatnya masing-masing. Hanya karena keterbatasan kemampuan manusia saja untuk mengetahui apa manfaat makhluk (hewan) ini diciptakan oleh Allah SWT. Satu sisi memang ada hewan-hewan yang merusak, namun sisi lain mereka adalah makanan hewan-hean yang lain. Misalnya ulat, nyamuk, hama wereng sering mengganggu manusia, namun mereka adalah makanan hewan-hewan yang lain, burung, katak dan lainnya.
Begitulah siklus hidup manusia, tidak terlepas dari empat unsur yang sangat penting dan saling ketergantungan. Nah manusia lah yang oleh Allah SWT diciptakan sempurna menjadi pemimpin, harus bisa memimpin dengan baik, melestarikan keberadaan mereka, menjaga dan merawat meraka sehingga bisa dinikmati panjang dari masa ke masa, dari generasi yang satu ke generasi yang lain.  Dan merupakan sebuah kewajiban kita untuk mengingatkan saudara-saudara kita, apabila kita lihat mereka akan merusak alam dan kelestariab bumi. Akan tetapi hendaknya kita memberi peringatan kepada mereka dengan cara-cara yang bijaksana, melalui musyawarah dan sesuai tuntunan-tuntunan Islam yang ada. Apalagi kita hidup di Negara huku, yang barang tentu sudah diatur segalanya oleh pemerintah yang ada.
Menjaga kelestarian alam, bukan kewajiban pemerintah atau tuan rumah dimana hewan, tumbuh-tumbuhan atau air itu berada, namun semua manusia adalah punya hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga alam ini. Karena kembali ke fungsi kita terlahir dan tercipta oleh Allah SWT di bumi ini adalah sebagai pemimpin dari makhluk-makhluk yang lain. Kepemimpina  kita tentu tidak merusak fungsi ke dua manusia yakni sebagai seorang hamba (pengabdi). Oleh itu, hendaknya penghambaan kita totalitas, dalam mencari keridhaan-Nya, baik dari kepemimpinan kita maupun dari ibadah-ibadah yang lain. Mudah-mudahan kita bisa adil dalam memimpin bumi ini. Adil dalam artian, menempatkan sesuatu pada tempatnya, bergerak, bertindak sesuai fungsi dan tugas masing-masing. Apa yang dianggap manusia baik, maka Allah SWT juga tentu menganggapnya baik. Karena Allah SWT sangat senang dengan sesuatu yang indah. Oleh karenanya membuat alam ini indah adalah membuat Allah SWT senang kepada kita. Wallahua’lamubisshawab.
 
Penulis adalah Penyuluh Agama Islam di KUA Mpunda Kemenag Kota Bima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar