Minggu, 05 Februari 2012

(Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW 1433 H) Mencontoh Baik, lebih utama dari Berkata Baik


 Oleh : Musthafa Umar

Kemarin kita memperingati kelahiran Nabi Agung, Muhammad SAW 12 Rabi’ul Awal 1433 Hijriyah. Beliau lahir pada tahun 570 Sebelum Masehi atau lebih dikenal dengan istilah Tahun Gajah (dalam surat Al-Fiil) hingga 632 Sebelu Masehi. Nabi Muhammad SAW oleh Michael H. Hart menempatkan beliau dalam urutan pertama di seratos tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah peradaban dunia.  Beliau dilahirkan di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan (jahiliyah). Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Bahkan beliau sendiri adalah seorang buta huruf. Keadaan ekonomi beliau baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala beliau menikah dengan Siti Khadijah, seorang janda tempat beliau mengambil barang dagangan.
Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala Rasulullah berusia empatpuluh tahun, beliau mendapat kenabiannya. Dan mulai menyebarkan Islam di kalangan kaum Quraisy. Kelahiran beliau adalah rahmat bagi segala alam, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 107, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Secara konkrit, memang kelahiran beliau adalah memperbaiki akhlak kaum Quraiys pada waktu itu yang jahiliyah (berada dalam kebodohan). Perbudakan manusia dan penindasan kaum lemah serta tidak dihargainya kaum wanita, adalah prioritas setelah pengenalan tauhid (islam) kepada mereka. Namun secara abstrak, kalau akhlak kaum Quraisy itu baik, maka mereka akan baik pula terhadap alam sekitar. Karena manusia diciptakan Allah untuk memimpin bumi (Al-Baqarah ayat 30 dan 34).
Selama tiga tahun Nabi Muhammad SAW hanya menyebar Islam terbatas pada sahabat-sahabat dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 beliau mulai tampil di depan publik. Begitu beliau sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah kala itu (Abu Jahal, Abu Lahab dan Abu Sufyan) yang tak lain adalah paman-paman beliau sendiri, memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, beliau hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu beliau ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan. Dan dari sinilah beliau mulai bergerak menyebar luaskan Islam secara besar-besaran.
Terlepas dari pro-kontra faham yang boleh memperingati atau tidak, namun setidaknya kita mengambil hikmah dari kelahiran beliau, untuk kehidupan sehari-hari kita. Seperti sejarah awal maulid sendiri, yang menurut beberapa catatan sejarah diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuan Maulud Nabi adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya. Karena keadaan sekarang tidak jauh beda dengan jaman para khalifah Abu Said al-Qakburi yang menyelenggarakan Maulid pertama kali. Dengan tujuan agar ummat Islam kembali mengingat dan mentauladani Rasulullah. Apalagi kita melihat akhir-akhir ini, banyak anak-anak muda kita bahkan kita sendiri lupa keperibadian beliau. Kita banyak mengidolakan artis-artis atau tokoh-tokoh lain, dari pada mengidolakan Rasulullah SAW.
Dakwah Islam berhasil dengan akhlak, dengan cara-cara santun dan budi pekerti baik. Cara dakwah Rasulullah inilah juga yang diterapkan oleh para Wali Songo dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa dan para muballigh di seluruh Indonesia waktu jaman Kerajaan Hindu dan Budha menguasai Indonesia. Bukan hanya akhlak terhadap manusia saja yang ditunjukkan Rasulullah, akan tetapi akhlak terhadap alam sekitar. Bagaimana hadits-hadits Nabi tentang akhlak terhadap hewan (cara memotong hewan) haruslah dengan nama Allah. Tidak boleh membiarkan mereka (peliharaan) kelaparan. Juga kepada tanah dan tumbuhan, bagaimana beliau melarang manusia membuang kotoran disembarang tempat. Ini semua adalah bentuk akhlak-akhlak yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW.
Semua bentuk dan cara kita hidup, Rasulullah SAW pernah mencontohkannya. Mulai dari pengembala kambing (peternak), menanam kurma dan bagaimana menghasilkan kurma yang baik (pertanian). Beliau juga pernah menjadi pedagang (perdagangan/niaga), juga seorang khalifah (kepala pemerintahan). Dalam kekhalifahan beliau, kita dicontohkan bagaimana mengadakan rapat menyusun strategi perang (panglima perang) memimpin langsung peperangan. Contoh seorang suami yang shaleh kepada istri-istri beliau, bagaimana memperlakukan istri yang lebih dari satu. Demikian pula akhlak beliau terhadap para tetangga. Juga bagaimana beliau memperlakukan anak-anak beliau (contoh seorang bapak, menantu dan kakek) pernah beliau lakukan. Beliau juga seorang pendidik (guru) karena sering mengajarkan para khalifah berbagai hukum-hukum yang dilakukan atau tidak saat itu. Pernah juga waktu mengeluarkan piagam Madinah, beliau hadir sebagai juru runding (diplomat) ulung. Lalu contoh apalagi yang harus dicari? Semua lini kehidupan manusia saat ini tidak lepas dari apa yang pernah beliau lakukan. Masihkah kita akan mengidolakan selain beliau?
Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah Al-Qur'an, Beliau membenci apa yang dibenci Al-Qur'an dan menyenangi apa yang disenangi oleh Al-Qur'an, tidak dendam dan marah kepada seseorang kecuali jika melakukan hal-hal yang diharamkan Allah, sehingga kemarahannya hanya karena Allah Ta'ala. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam merupakan orang yang paling jujur ucapannya, paling memenuhi tanggungjawabnya, paling lelmbut perangainya, paling mulia pergaulannya, lebih pemalu dari perawan pingitan, rendah hati dan selalu berpikir , tidak keji dan tidak pula pengutuk, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tapi membalasnya dengan memberi maaf dan jabat tangan, barangsiapa meminta sesuatu kebutuhan kepadanya maka tidak pernah ditolaknya, jika tidak ada maka dengan kata-kata yang halus dan tidak dengan hati kasar dan sikap keras, tidak pernah memotong pembicaraan orang lain kecuali jika bertentangan dengan kebenaran sehingga memotong pembicaraannnya dengan larangan atau berdiri, tidak menganggap bohong kepada seseorang, tidak dengki kepadanya dan tidak memintanya untuk bersumpah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjaga tetangganya dan menghormati tamunya, waktunya tidak pernah berlalu tanpa beramal untuk Allah atau mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan, cinta kepada optimisme dan benci kepada pesimisme, jika ada dua pilihan maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam memilih yang paling mudah di antara keduanya selama tidak merupakan dosa, senang menolong orang yang membutuhkan dan membantu orang yang teraniaya. Beliau juga senang kepada sahabat-sahabatnya, selalu bermusyawarah dengan mereka apabila ada masalah, mengunjungi orang sakit, mendo'akan yang meninggal, serta menerima alasan orang yang udzur kepadanya. Baginya, orang yang kuat dan orang yang lemah mempunyai hak yang sama, beliau shallallahu 'alaihi wasallam juga berbicara, jika orang menghitung pembicaraannya tentu akan dapat menghitungnya karena jelas dan pelannya. Di samping itu, beliau shallallahu 'alaihi wasallam juga bergurau dan tidak pernah mengucapkan kecuali kebenaran.
Akhlak yang ditunjukkan Rasulullah SAW adalah bersumber dari wahyu (Al-Qur’an) yang diturunkan Allah SWT, sebagai mukjizat terbesar beliau. Al-Qur’an adalah petunjuk dan penerang serta penjelas sekaligus obat bagi manusia. Dan Al-Qur’an hanya diperuntukkan untuk Islam. Oleh karena itu, kemana lagi  ummat Islam harus merujuk akhlaknya, kecuali kepada Al-Qur’an. Mungkin tidak akan cukup jika saya hanya menulis artikel tentang keperibadian Nabi Muhammad SAW hanya dua sampai tiga halaman koran ini saja. Untuk lebih komplitnya, silahkan kita mencari dan menggali kembali tentang Islam secara kaffah (menyeluruh), secara kamil (sempurna) dalam Al-Qur’an dan para ustad-ustad yang sudah banyak disekitiar kita. Agar akidah akhlak kita sesuai dengan panutan kita, yakni Muhammad SAW.
Karena dasar asasi kehidupan ummat Islam, adalah akidah dalam lubuk hati. Karena Islam, perbuatan dan pengabdian seorang itu tidak akan diterima oleh Allah SWT. Berakidah akhlak baik adalah cerminan iman seseorang yang mantap. Dan iman merupakan syarat diterimanya amal oleh Allah SWT. Apa jadinya akalu amal perbuatan kita selama ini, tidak dibarengi dengan iman (akidah akhlak) yang baik, yang sesuai al-Qur’an? Maka tentu tidak diterima atau sia-sia belaka. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 96, “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesunggugnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Perubahan yang lain, yang dibawa oleh Rasulullah SAW adalah perubahan sosial kemasyarakatan. Dengan kelahiran beliau, masyarakat ditata kembali, sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan saling membutuhkan, saling tolong menolong dan saling hormat menghormati sebagai makhluk Allah SWT yang sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan. Komitmen beliau ini, sesuai dengan sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “tidak sempurna keimanan seseorang sehingga mereka mencintai kepada saudaranya, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.  Hadits ini jelas kaitannya dengan masalah iman. Coba kita renungkan bagaimana detik-detik perpisahan Rasulullah dengan kehidupan saat itu (syakratul maut). Saat datang malaikat Izrai’il yang ditugasi Allah SWT mencabut nyawa beliau. Ditemani Siti Fatimah dan Sahabat Sayyidina Ali ra, bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Sayyidina Ali ra, yang kala itu memang berada persis di samping beliau,  segera mendekatkan telinganya.  Pesan beliau kepada Sayyidina Ali ra "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku” (peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu).
Sementara di luar pintu tangis  mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Siti Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Sayyidina Ali ra kembali mendekatkan telinganya ke bibir
asulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?"  (Umatku, umatku, umatku). Tiga kali Rasulullah memanggil dan mengkhawatirkan kita (ummatnya). Bukan hanya itu, sebelumnya terjadi dialog antara Malaikat Jibril yang memang iktu dengan Izra’il kala itu dengan Nabi Muhammad SAW, "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar  menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan."Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Rasulullah SAW lebih banyak memperlihatkan contoh kehidupan. Ucapan-ucapan beliau dibarengi dengan tingkah laku (akhlak) yang sesuai (jujur). Tidak seperti kebanyakan kita, lebih banyak bicara dari pada kerja.  Saat ini memang banyak orang yang hanya bisa bicara baik, namun bukan memberikan contoh baik. Misalnya saja, sering orang tua menyuruh anak-anak mereka puasa, sholat, mengaji dan berkata-kata baik. Namun terkadang mereka sendiri (para orang tua) melakukan hal-hal yang bertentangan. Figur inilah dalam kehidupan jarang dilakukan, sehingga kalau anak-anak kita melakukan kenakalan, maka kembali ke belakang (orang tuanya) mungkin tidak pernah memberikan contoh yang baik dalam perkataan, perbuatan dan pergaulan. Dalam dunia pendidikan, model pembelajaran visual (gerak) adalah model pembelajaran yang paling bagus dari merode ceramah. Jadi orang tidak harus “teriak” mengatakan --ayo sholat--namun dirinya tidak sholat. Contoh lain banyak dalam kehidupan, entah terlihat atau tidak terlihat namun efek dari perbuatan tetap kepada generasi kita selanjutnya. Banyak orang yang melakukan perbuatan tidak baik, dengan alasan tidak terlihat anak-anak mereka, atau istri bahkan murid-murid mereka. Namun tahukah anda bahwa semua akan kembali kepada mereka (anak, istri dan murid) anda. Karena ilmu itu adalah nur (cahaya) yang tidak terlihat pancarannya, kapan dan dimana seseorang itu akan mendapatkannya. 
Begitulah keperibadian Rasulullah SAW yang tertuang dalam Al-Qur’an. Dalam segala segi kehidupan Nabi kita adalah penuntun yang terbaik terutama dalam meraih hidup yang tentram dan bahagia. Hal ini juga diceritakan Allah SWT dalam firman-Nya surat Al-Ahzab ayat 21, “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan (akhlak) yang baik bagimu (yaitu) orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah”. Dari itu hendaknya bulan ini, mari kita jadikan benar-benar bulan pendekatan diri kita kepada Nabi Muhammad SAW, baik dengan bershalawat ataupun kembali memperbaiki akhlak kita, agar kelak kita bersama beliau dan mendapat (syafa’at) nya di hari kiamat. Amin.



Penulis adalah Penyuluh Agama Islam di KUA Kec. Mpunda Kemenag. Kota Bima









Tidak ada komentar:

Posting Komentar