Minggu, 29 Januari 2012

Peluang dan Tantangan Komunikasi Islam di Era Informasi

Oleh : Musthafa Umar

Lama sudah kita masuk di era informasi, mau tidak mau semua kita pasti akan memasuki wilayah satu ini. Perkembangan media begitu pesat, apalagi di Indonesia setelah Soeharto lengser, SIUPP di cabut yang sebelumnya di bubarkannya Departeman Penerangan, memudahkan orang mendirikan radio, TV, Majalah dan Koran seenaknya, bagai jamur di musim hujan. Dulu HP (hand phone) barang mewah dan langka, namun saat ini semua usia bisa mengoprasikan HP. Begitu halnya dengan Internet, sudah merambah wilayah pedesaan. Hal ini menyebabkan skat dan filter informasi, terasa  tipis sekali. Lalu bagaimana seharusnya sikap kita umat islam dalam menghadapi era ini? Sekelumit tulisan ingin saya sampaikan di rubrik oipini media ini, semoga bermanfaat untuk kita semua, terutama umat islam.
Kebetualan S.1 saya di Komunikasi Penyiaran Islam jadi sangat perlu meluruskan bagaimana seharusnya seorang Muslim berkomunikasi yang islami dengan sesamanya. Informasi ada yang beilang berita, adalah ‘penguasa’ dunia ke tiga. Ingat perangnya Irak dan Amerika, itu semua berawal dari perang opini (anggapan) di media saling serang, dan sampai ke peperangan. Begitu halnya dengan kejadian di sekitar kita, saya perihatin atas kejadian Kolo dan Melayu beberapa waktu lalu. Dan bagian ini, tidak lepas dari perang opini dan informasi keliru. Nah Informasi itu simpulnya kabar/ berita bersumber dari ucapan seseorang yang dituangkan dalam gambar (visual) atau suara (audio). Informan (yang memberikan informsi) kalau tidak pandai memosisikan diri dan bahasa, terkadang salah ditangkap dan di dengar oleh audience (pendengar) bisa menjadi masalah besar. Konflik seperti beberapa waktu lalu, adalah ‘berkat’ informasi yang keliru. Benar kata pepatah “lidah tak bertulang” dan Nabi kitapun mengingatkan betapa besar akibat -keseleo- lidah. Bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Oleh karena itu hendaknya kita pandai-pandai mengartikan sebuah sebuah informasi sebelum disampaikan keorang lain. Berpikirlah apakah informasi yang akan kita sampaikan keorang lain itu, akan berdampak positif atau negatifkah pada keadaan selanjutnya.
Tantangan
Pertama-tama saya mencoba mengutip saduran Ziauddin Sardar dalam bukunya, tantangan dunia islam abad 21 bahwa revolusi informasi kini sedang dijajakan sebagai sebuah rahmat bagi umat manusia. Penjajaannya bisa kita lihat, dengar dan baca di media massa. Entah apakah itu koran, majalah, radio dan televisi serta internet. Namun beliau mempertanyakan apakah perkembangan informasi ini, akan menjadikan atau melahirkan masyarakan yang lebih baik, atau sebaliknya? Apakah melimpah ruahnya teknologi informasi mengandung makna bahwa kita lebih mampu mengendalikan masa depan? Seperti judul tulisan ini, tantangankah atau peluangkah?
Secara paradoks, abad informasi adalah upaya untuk meningkatkan pengendalian manusia atas kehidupan, tapi kenyataannya justru menghasilkan efek terbalik. Bagi dunia muslim, revolusi informasi menghadirkan tantangan-tantangan khusus yang harus diatasi demi kelangsungan hidup fisik maupun budaya umat. Menghadapi teknologi-teknologi informasi yang baru itu ibarat melintasi sebuah padang ranjau. Kemajuan teknologi dibidang komunikasi telah mengantarkan alat komunikasi massa dapat menjalankan fungsinya secara baik. Tetapi dibalik itu dalam menjalankan fungsi tersebut sering terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai yang ada.
Beberapa tantangan yang dapat diidentifikasi pada era informasi bagi perkembangan dan untuk membangun komunikasi islam di masa yang akan datang adalah; pertama, keberadaan publikasi informasi merupakan sarana efektif dalam penyebaran isu. Kekuatiran terhadap terjadinya streotype dan subordinasi komunitas tertentu menjadi masalah utama dalam era globalisasi informasi ini. Hal ini disebabkan pada era Intercultural dan International communication (komunikasi internasional dan antar budaya). Komunikasi antar budaya diartikan sebagai komunikasi antara manusia yang berbeda budaya, sedang komunikasi internasional merupakan proses komunikasi antar bangsa yang secara fisik dipisahkan oleh batas-batas teritorial sebuah negara.
Masalah yang dihadapi dalam proses komunikasi seperti ini adalah timbulnya sikap curiga terhadap ras, budaya dan negara lain. Setiap etnis atau suku bangsa memiliki latar belakang, perspektif, pandangan hidup, cita-cita dan bahasa yang berbeda, namun proses komunikasi informasi  pada era ini berpretensi menyeragamkan berbagai latar belakang di atas, sehingga berpotensi menimbulkan ekses chaos dalam dinamika masyarakat. Komunikasi islam dihadapkan pada pertarungan ideologi dan pemikiran untuk seterusnya mempengaruhi sekaligus membentuk public opinion tentang islam dan umat islam, dalam rangka mengcounter isu-isu negatif informasi Barat terutama tentang islam.
Kedua, dalam banyak aspek keperkasaan Barat dalam dominasi dan inprealisme informasi pada era ini menimbulkan sekularisme, kapitalisme, paraagmatisme dan sebagainya. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi konsep bangunan komunikasi islam di masa depan untuk mengeleminir seluruh nilai-nilai komunikasi informasi yang bertentangan dengan nilai luhur islam dan  budaya ketimuran kita tentunya. Memang dalam hal ‘menguasai’ islam sangatlah jauh tertinggal untuk hal seperti itu. Barat dengan kroni-kroninya lebih banyak menguasai medan dari pada orang-orang islam sendiri. Namun bukan berarti kita harus mengikuti arus, akan tetapi pandai memanfaatkan dan memosisikan tempat yang sesuai dengan kondisi dan keadaan kita.
Ketiga, dari sisi pelaksanaan komunikasi informasi, ekspose persoalan-persoalan seksualitas, peperangan dan tindakan kriminal lainnya mendatangkan efek yang berbanding terbalik dengan tujuan komunikasi dan informasi itu sendiri. Masyarakat dihadapkan pada berbagai informasi yang bertendensi patologis sehingga perilaku masyarakat juga cenderung sebagai mana dilihat, didengar dan disaksikannya. Amat disayangkan gencarnya terpaan media massa dalam proses komunikasi memberi banyak masalah dalam kehidupan Muslim. Ditambah lagi, tayangan-tayangan tertentu media massa oleh sebagian ulama masih diperdebatkan soal halal dan haramnya. Tantangan komunikasi islam dalam konteks ini bagaimana menghadirkan isi pesan komunikasi yang sekuen dengan fungsi komunikasi itu sendiri, yakni to inform, to educate, dan to entertain. Kesemuanya fungsi ini adalah untuk mewujudkan kesamaan makna sehingga mendorong terciptanya perubahan sikap atau tingkah laku masyarakat Muslim untuk kepentingan mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
Keeempat, lemah sumber daya modal maupun kualitas negara-negara Muslim memaksa masyarakat Muslim menginport teknologi komunikasi informasi dari dunia Barat. Bersamaan dengan itu adopsi nilai tidak bisa dihadirkan. Hampir semua negara-negara Muslim menggantungkan diri dari software maupun hardware dari negara-negara Barat. Dalam sistem Barat menurut Hamid Mowlana dalam Jurnal Media, Culture & Society,  komunikasi informasi dipandang sebagai komoditi, bukan moral atau etika. Ini mengakibatkan  Barat mengekspor ideologi sekuler yang menjadi inti terwujudnya the information society dalam era the new global order. Tantangan komunikasi Islam pada era ini adalah mewujudkan komunikasi yang berbasis moral dan etika untuk kesejahteraan umat manusia, bukan hanya sebagai komoditi kekuasaan ansich.
Peluang
Hal di atas adalah tantangan-tangan yang kita hadapi saat ini dan tentunya akan datang untuk generai-generasi kita. Lalu bagaimana dengan peluang komunikasi islam di masa depan dalam era informasi ini?  Perlu kita letakkan pertama-tama adalam, informasi bukanlah hal yang baik dan buruk, namun pemakainya sajalah yang menjadikan informasi itu menjadi baik dan buruk. Ziauddin Sardar kembali mengatakan, bahwa sains tidaklah membawa mudarat, mudaratnya berasal dari orang yang menggunakannya. Karena tipe semua informasi saling berkaitan dan saling bergantung, terutama dari matrik ilmu pengetahuan tentang masyarakat, yang bertindak sebagai pemandu yang memberikan pada kehidupan dan lingkungan manusia.
Ilmu pengetahuan tentang masyarakat dipengaruhi oleh empat jenis sistem penginformasian yang membentuk sifat dan karakternya. Pertama, pandangan dunia merupakan sistem penginformasian yang terluas, mengaitkan kosmologi dengan etika, dan bisa berorientasi teistik maupun nonteistik. Kedua, pengetahuan tentang masayarakat itu sendiri (nasionalisme), ketiga, lembaga-lembaga sosial yang ada. Dan keempat, filsafat pribadi. Keempat sistem penginformasian ini membentuk ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Dengan demikian, informasi tidak akan pernah menjadi netral, ia diciptakan dalam batas-batas tertentu untuk melayani kebutuhan-kebutuhan nasional, internasional ataupun pribadi tertentu. Ketika berurusan dengan informasi, kita harus menyadari hakikatnya yang sejati. Kita harus menyadari sistem-sistem penginformasian yang terlibat dalam kemunculannya. Informasi itu sendiri adalah suatu proposisi atau proposisi-proposisi yang multidimensional dengan komponen-komponen yang absolut, dan objektif, sebagai juga subjektif dan kultural, yang disaring, baik secara deduktif maupun induktif, dari data mentah yang dihimpun, diseleksi, dan diorganisasikan berdasarkan suatu pandangan dunia, kebutuhan nasional, tuntutan-tuntutan kelembagaan, dan filsafat pribadi, untuk memperbesar kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pencapaian tujuan. Jadi peluang pengembangan komunikasi Islam pada masa depan adalah sebagai berikut :
Pertama, dalam perspektif Islam, perlulah disadari bahwa informasi akan mempunyai arti hanya bila ia berada dalam kerangka pengetahuan tentang masyarakat, hanya bila komponen sasarannya selaras dengan aspek-aspek mutlak, substitusional, kultural dan subjektif suatu masyarakat, barulah informasi akan dapat memberikan sumbangan positif kepada masyarakat itu sendiri. Keselarasan semacam ini akan dapat terjadi bila mana negara-negara Muslim menghasilkan informasi mereka sendiri dengan perlengkapan relevan yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan para pembuat keputusan dan komunitas-komunitas mereka. Strategi informasi bagi dunia Muslim harus didasarkan pada kesadaran ini.
Kedua, adanya perubahan dari era industri menuju era informasi menyangkut orientasi masyarakat yang menjurus kepada masalah ekonomu, dalam bidang informasi dan komunikasi ini akan mendatangkan kesempatan kerja (job opportunity) bagi masyarakat Muslim. Banyaknya profrsi yang harus diisi dalam bidang informasi, menghabiskan waktu untuk merencanakan, memeroses, dan mendistribusikan informasi. Ketiga, pada masa depan komunikasi Islam itu dapat dikembangkan dengan memperhatikan tujuh konsep pokok islam yang mempunyai kaitan langsung dengan penciptaan dan penyebaran informasi, yakni tauhid (keesaan), ‘ilm (ilmu pengetahuan), hikmah (kebijakan), ‘adl (keadilan), ijama’ (konsensus), syura (musyawarah), istislah (kepentingan umum), dan ummah (komunitas Muslim semuanya).
Seluruh konsep informasi ini dimaksudkan sebagai katalisator bagi pembangunan dan perantara perubahan sosial. Ia diharapkan akan dapat memajukan kemandirian dan partisipasi masyarakat serta membawa suatu masyarakat kearah keadilan sosial dan keontentikan kultural. Sebagai katalis sosial, agen-agen dan jasa-jasa informasi tidak memainkan peranan yang tidak memihak pada tujuan, pekerjaan mereka adalah untuk menggerakkan perubahan yang diinginkan dan membantu masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
Keempat, peluang eksistensi komunikasi Islam pada masa depan tentu saja berangkat dari historis empirikal. Selama abad pertama Islam, tradisi lisan merupakan sarana utama dalam menyebarkan informasi. Namun segera diketahui bahwa ingatan tidak dapat diandalkan sepenuhnya, sehingga catatan tertulispun mulai berlaku di antara para penuntut ilmu pengetahuan. Pada masa-masa selanjutnya, buku sebagai suatu catatan terpadu atas pikiran, mulai muncul dan berkembang. Dalam periode ini buku sudah menjadi sarana yang umum dan banyak digunakan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan informasi.
Tepat seratus tahun setelah datangnya Islam, industri buku maju pesat sedemikian rupa. Buku diperlukan dalam semua upaya menuntut ilmu pengetahuan. Analisis singkat terhadap sejarah perbukuan periode klasik Islam menunjukkan bahwa buku merupakan infrastruktur penyebaran informasi dalam rangka menegakkan peradaban Muslim. Peluang ke depan, tentu saja karena umat Islam telah memiliki pengalaman dan akar budaya masa lalu, menjadi sarana potensial untuk menguptodatekannya dan mengupgradenya dalam konteks kekinian.  Di sinilah letak kekurangan Islam pada zaman dulu. Karena itu banyak istilah-istilah penamaan adalah berbahasa Yunani. Islam hanya mengenal lisan, tidak rajin menulis sehingga catatan-catatan penting penemuan islam tidak terdata dengan baik. Dari itu mari generasi selanjutnya ini, hendaknya merubah paradigma lisan ke tulisan, dan bukankah Nabi memerintahkan kita untuk mencatat setiap transaksi yang kita lakukan? Bahkan Allah memberikan inspirasi kita sebenarnya dengan dua Malaikat yang selalu mecatat amal baik dan buruk manusia, lalu kenapa kita jarang mencatat?? Wallahua’lam bisshawab.
 
Penulis adalah Penyuluh Agama Islam di KUA Mpunda Kementerian Agama Kota Bima.

Perlunya Motivasi Ekstrinsik Dalam Belajar

Oleh : Musthofa Umar, S.Ag., M.Pd.I.
 
Kegiatan memotivasi kelihatannya memang spele akan tetapi, seorang anak bisa bangkit dan berubah adalah bukan karena kepintarannya saja, melainkan motivasi yang diberikan atau yang mereka dapatkan. Ada dua macam motivasi yang bisa merubah keadaan seorang yakni motivasi instinsik dan ekstrinsik. Namun yang kita bahas pada kesempatan ini adalah motivasi ekstrinsik. Ekstrinsik (eks) adalah luar dari seseorang untuk berubah terutama motivasi ekstrinsik untuk anak didik (siswa) dalam mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Bisa berbentuk ucapan (saran) atau tindakan (contoh). Nah sebelum kita bahas lebih jauh tentang apa itu motivasi ekstrinsik, kita lihat dahulu pengertian motivasi itu sendiri.
Motivasi berpangkal dari kata "motiv" yang dapat diartikan daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dari tercapainya suatu tujuan. Sedangkan Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran memberikan definisi tentang motivasi adalah sebagai suatu proses pengetahuan yang dapat membantu kita menjelaskan kelakukan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang, menentukan karakteristik proses ini berdasarkan petunjuk-petunjuk tingkah laku. Simpulnya motivasi diartikan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu. Jadi motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang, yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Lalu apa itu motivasi ekstrinsik? Sadriman mendefinisikan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Bisa disebut juga perangsang yang timbul bukan dari personal yang bersangkutan tetapi tumbuh karena ada faktor lain yang ada di luar pribadi seseorang, sehingga pengaruh-pengaruh tersebut mampu merubah pola sikap dan kemauan dari seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dalam kehidupan manusia motivasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktifitas begitu juga bagi siswa, motivasi belajar itu ada yang secara langsung timbul dari siswa dan ada yang diperoleh karena dorongan dari luar dirinya, motivasi merupakan pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha dan pencapaian karena adanya motivasi, adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun terutama di dasari dengan adanya motivasi maka seseorang yang belajar itu akan dapat menghasilkan prestasi yang baik. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi, makin tepat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu.
Belajar menurut Slameto ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Robert M. Gagne mendefinisikan belajar adalah sesuatu yang terjadi di dalam benak seseorang di dalam otaknya. Jadi belajar merupakan suatu proses dimana guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar yang menginginkan adanya perubahan tingkah laku secara konstruktif. Guru harus senantiasa berusaha agar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar berjalan sebagaimana yang diharapkan yaitu dengan memberikan motivasi yang cukup kepada peserta didik. Dari definisi-definisi di atas, di simpulkan bahwa belajar adalah dorongan yang mengarahkan dan menggerakkan prilaku orang atau siswa belajar. Dari sinilah, orang sering menganggap melihat dan mendengar dalam kesehariannya adalah kegiatan belajar yang terus menerus, karena setiap orang/siswa melihat sesuatu maka dengan itupula timbul dorongan di otak untuk melakukan hal yang sama di masa yang akan datang atau saat itu juga. Nah dalam kegiatan belajar peranan motivasi memiliki arti yang sangat penting, karena dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri orang/siswa yang menimbulkan semangat dalam melaksanakan aktifitas belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar mengajar yang efektif dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang hendak dicapai oleh orang/siswa mudah tercapai. Orang/siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, memberikan motivasi kepada orang/siswa berarti menggerakkan orang/siswa untuk melakukan atau mendorong untuk berbuat sesuatu.
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan sikap, individu untuk belajar. Motivasi belajar harus diberikan secara tepat dan efesien untuk mendukung kelancaran aktifitas dalam belajar. Ada beberapa fungsi motivasi yakni; pertama, mendorong manusia untuk berbuat, motivsi dalam hal ini sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Kedua, menentukan arah perbuatan yakni, ke arah tujuan yang hendak dicapai, demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuannya. Ketiga, menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Kalau seseorang memiliki kemampuan atau keinginan untuk berubah dari dalam dirinya, maka peranan lingkungan atau sesuatu yang berada di luar seseorang juga akan mampu memberikan motivasi pada seseorang. Seseorang yang enggan melakukan sesuatu akan merasa harus mengerjakan karena memang lingkungan atua sesuatu yang ada di luar dirinya mengharuskan melakukan sesuatu. Seperti halnya seorang siswa yang tidak rajin belajar di rumah, maka guru harus memberikan Pekerjaan Rumah (PR) agar siswa meluangkan waktu mainnya untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan rumahnya. Di samping itu orang tua yang ada di rumah juga memiliki kewajiban untuk memberikan nasehat dan pengertian kepada anaknya agar memberikan pengarahan.
Adapun motivasi yang dihasilkan pemberian tugas adala, (a) merangsang anak didik berusaha lebih baik, memupuk inisiatif bertanggung jawab dan berdiri sendiri. (b) memperkaya kegiatan-kegiatan di luar, dan (c) memperkuat hasil belajar kelembagaan dengan jaln mengintegrasikan.  Selain memberikan tugas, bentuk motivasi ekstrinsik adalah bisa berbentuk pemberian hukuman. Hukuman diberikan apabila, mulai teguran, peringatan, tidak mampu menghentikan perbuatan yang melanggar peraturan atau tata tertib yang dilakukan oleh siswa. Hukuman harus diberikan betul-betul menyentuh baik perasaan maupun fisik. K. Daniel O'leary mendefinisikan, hukuman adalah konsekwensi dari suatu perbuatan yang dimaksudkan untuk mengurai kemungkinan terjadinya perbuatan itu di masa yang akan datang atua perbuatan suatu pengertak yang tidak disuki sebagai akibat dari perbuatan. Sedangkan Dewa Ketut Sukardi berpendapat tentang hukuman adalah, mereka harus memberikan motivasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran itu dan memberikan hukuman-hukuman yang diperkirakan perlu untuk mencegah kegagalan studi peserta didik.  
Bentuk ketiga dalam pemberian motivasi ekstrinsik adalah melakukan evaluasi. Nana Sudjana mengartikan evaluasi sebagai kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan keputusan yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Dalam hal ini bisa berbentuk test baik dengan metode menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang lain dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan dan sebagainya itu telah dipilih dengan seksama dan telah distandarsasikan, artinya telah adanya standart yang tertentu. Kegiatan motivasi tentu harus dilakukan terus menerus dan oleh semua pihak, sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.  Amin.
 
 
Penulis adalah Penyuluh Agama di KUA Mpunda Kemenag Kota Bima

Manusia, Pemimpin di Bumi bukan Perusak!



Oleh : Musthofa Umar

Sering kita dengar cerita-cerita ustad kita dulu, bagaimana saat penciptaan manusia pertama (Nabi Adam as). Allahpun menetapkan tujuan penciptaanNya adalah untuk memimpin bumi ini. Sempat malaikat tidak setuju, dengan alasan nantinya manusia akan menjadi perusak bumi saja, saling bunuh dan sebagainya. Namun jawaban Allah SWT, Aku maha tahu apa-apa yang kamu tidak ketahui. Bahkan iblis tidak mau sujud karena merasa lebih mulia penciptaannya dari pada Nabi Adam as yang hanya dari tanah. Ini semua cerita Allah SWT dalam FirmanNya di surat Al-Baqarah ayat 30 dan 34.
Allah SWT telah menjadikan alam ini begitu indah, dan planet bumi yang kita tinggali adalah satu-satunya planet yang bisa kita diami dari pada planet-planet yang lain. Semua isi alam, dari semua unsur yang ada hanya diperuntukkan untuk manusia. Terutama empat unsur yang menjadikan manusia ada. Empat unsur itu adalah air, tanah, udara dan api. Dari itu menjaga bumi sama dengan menjaga tubuh ini dari binasa. Karena antara satu dan lainnya saling ketergantungan, untuk sama-sama mempertahankan hidup. Akan tetapi semua kembali kepada manusia yang paling sempurna penciptaannya. Dari itu kita yang dihormati Allah diberikan kemulyaan untuk mengelola bumi dari pada makhluk-makhluk lain. Mengelola flora (tumbuh-tumbuhan), mengelola fauna (hewan), udara, air, laut, sungai, mineral, energi, zat dan apa saja yang dibutuhkan untuk kelestarian manusia kita harus pimpin dan jaga kelestariannya.
Namanya pemimpin harus memberi contoh yang baik terhadap apa-apa yang dipimpinnya. Harus meneggak supermasi hukum Allah SWT yang sudah dibuat. Seperti yang saya tulis di atas, bahwa manusia diciptakan Allah SWT dari unsur-unsur yang ada di bumi. Coba kita telaah kembali ayat 61 surat Hud, Allah SWT berfirman, “Dia (Allah) yang telah menjadikan kamu dari bumi (tanah) dan memerintahkan kamu untuk memakmurkannya, dan mohon ampunlah kamu pada-Nya dan bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Allah maha dekat dan maha menerima permintaan”. Secara biologis manusia berasal dari unsur tanah, awal mula berbentuk debu, lalu berubah menjadi lumpur kemudian menjadi lumpur hitam dan setelah itu menjadi patung manusia dan proses terakhir, Allah SWT meniupkan ruh pada patung manusia (Adam) saat itu. Demikian Allah SWT bercerita dalam firman-firman-Nya di al-Qur’an tentang kejadian manusia.
Berangkat dari proses penciptaan ini, sebagian agama ardi (bumi) mempercayai hal itu bahwa manusia berasal dari debu dan kembali ke pencipta-Nya harus berbentuk debu. Sehingga untuk menjadikan manusia debu, setelah meninggal mereka di aben (bakar) dan abunya diarungkan ke laut untuk menuju Sang Hyang Widi Wase. Kembali ke proses kejadian manusia di atas, begitu terlihat bahwa manusia sangat tergantung kepada bumi/tanah, air, udara dan unsur-unsur lain yang ada di bumi. Maka wajarlah manusia harus memakmurkan bumi/tanah ini, membangun, memperbaiki dan menjaga ekosistem yang berlaku di bumi, hal inilah yang merupakan bentuk kepimpinan manusia sesuai tujuan penciptaannya di bumi oleh Allah SWT.
Hal tersebut merupakan sasaran utama dalam memakmurkan bumi. Manusia harus melestarikan makhluk lain seperti flora (tumbuh-tumbuhan), fauna (hewan).  Apabila manusia tidak melestarikan ekosistem alam ini, akan berakibat kepada diri mereka sendiri. Misalnya kalau kita membabat habis hutan, atau membakarnya maka akan mengakibatkan bencana longsor, kekeringan, banjir, polusi udara sehingga dampaknya yang lebih besar bahwa manusia akan mengalami masa paceklik atau kelaparan dan kekurangan gizi. Kenikmatan sesaat dalam menikmati hasil bumi tidak sebanding dengan akbibat yang akan ditimbulkan untuk generasi-generasi kita selanjutnya. 
Contoh lain di laut misalnya, perusakan hutan bakau akan mengakibatkan abrasi terus-menerus karena tidak adanya pemecah gelombang di pinggir laut. Belum lagi, bakau atau tanaman lain di laut adalah tempat bertelur dan berkembang biaknya ikan serta sejenisnya. Maka kalau manusia merusak itu, ikan akan pindah ke tempat lain, nelayan kita akan kering dalam menangkap ikan. Termasuk menjarah terumbu karang di dasar laut, itu juga bisa membuat pindahnya ikan-ikan kecil yang hidup di sana, karena tidak ada tempat bertelur dan melindungi diri dari ikan-ikan besar. Nah kalau ikan-ikan kecil sudah tidak ada, maka secara langsung ikan-ikan besar juga tidak ada, karena makanannya tidak ada yakni ikan-ikan kecil, ikan-ikan itu juga akan berpopulasi ke tempat lain, sehingga mengurangi jatah nelayan setempat.
Kita lihat peringatan Allah SWT dalam surat Al-Qashash ayat 77, “dan carilah apa-apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (untuk kebahagiaan negeri akhirat) dan janganlah kamu lupakan bagianmu (kebahagiaan) di dunia dan berbuat baiklah kepada makhluk-makhluk lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di atas bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan”. Bukan hanya itu peringatan dan perintah Allah SWT, di ayat 204-205 surat Al-Baqarah Allah SWT juga mengingatkan kita, “dan diantara manusia-manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia sangat menarik kamu, dan dipersaksikan kepada Allah (atas kebenaran ucapannya) apabila ia adalah penantang yang paling keras dan apabila ia berpaling darimu ia berusaha berbuat kerusakan di muka bumi dan menghancurkan tanaman, ternak, dan sebagainya. Dan sesungguhnya Allah tidak menyukai kerusakan”.
Ternak saja, walau diperuntukkan untuk kesejahteraan manusia, namun dalam memperolehnya harus dengan jalan halal. Dalam penyemblihannya, harus menyebut nama Allah dan beberapa syarat rukun yang harus dipenuhi, sehingga syah dan halal untuk dimakan. Itu merupakan bentuk atau cara manusia memperlakukan sesama makhluk dengan baik dan benar. Bukan karena manusia sebagai pemimpin, lalu semena-mena terhadap yang dipimpin walaupun dia (binatang/hewan) itu bukan dari bangsa kita. Kalau saya simpulkan, ada beberapa unsur-unsur bumi yang harus kita pelihara kelestariannya; pertama, air. Mengenai air, firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30, “dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, apakah kamu tidak beriman?”. Begitu pentingnya air sehingga Allah sampai menyandingkan ayat ini dengan kata-kata iman. Memang benar sekali, bahwa manusia juga lahir dari air. Begitupun dengan segala yang tumbuh dan hidup, sel-sel mereka tercipta dari air. Sehingga kita sangat tidak dibenarkan mencemarkan air.
Hadits Rasululullah SAW dari sahabat Mu’az bersabda, “hindarilah (takutlah) tiga kutukan; (1) buang kotoran pada air yang mengalir, (2) di jalan yang dilalui orang, dan (3) di tempat-tempat berteduh”. Hadits ini masuk ke larangan-larangan buang hajat sembarang tempat. Adab manusia harus membuang kotorannya ditempat yang tertutup dan tidak menganggu orang lain. Sungai dan laut adalah air yang mengalir, banyak orang yang memanfaatkannya. Ada sebagian orang yang menggantungkan hidupnya di air, misalnya mencuci, membersihkan beras, memandikan hewan-hewan mereka dan mencari ikan atau hasil laut yang lain. Maka kalau banyak kotoran manusia, tentu akan jijik dan tercemar sehingga air tidak bisa dimanfaatkan lagi dengan baik.
Kedua, tanah. Unsur yang ini tidak kalah penting juga dengan unsur yang pertama tadi (air). Tanah berkaitan dengan air, tanah bisa menyimpan dan mengeluarkan air. Dari tanah, segala bentuk tanaman yang dimakan manusia tumbuh, terkadang dalam unsur tanah juga ada benda-benda yang bisa untuk dimanfaatkan manusia. Misalnya; emas, batu berlian, timah, marmer, batu kapur, tembaga, besi, nikel, atau untuk kerajinan-kerajina tangan(gerabah, batu-bata, genteng). Semuanya untuk kepentingan manusia, nah apabila manusia tidak bisa mengelola dan menjaga dengan baik, maka akan berakibat buruk kepada manusia juga.  Ketiga, tumbuh-tumbuhan. Dengan unsur pertama dan kedua juga berkaitan. Tumbuh-tumbuhan, tidak akan bisa tumbuh tanpa ada tanah dan air yang menyiram serta memberikan minum akar-akar mereka. Tumbuh-tumbuhan, baik yang berbuah maupun tidak berbuah sangat dimanfaatkan manusia. Untuk makanan, minuman, tempat tinggal dan peralatan-peralatan lain dalam melangsungkan kehidupan mereka. Dari itulah kita sangat diminta untuk menjaga kelestarian alam ini.
Karena pentinya menjaga tanaman/tumbuh-tumbuhan, sampai Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah sabdanya, “jika seandainya besok terjadi hari kiamat, sedangkan ditanganmu ada bibit tanaman, hendaklah kamu menanamnya, bagimu akan mendapat ganjaran disisi Tuhanmu”. Terkadang tidak dirasakan manfaatnya langsung akan tetapi nantinya dirasakan juga, misalnya madu yang dihasilkan dari lebah yang menghisap putik sari bunga-bunga semua tanaman. Keempat, hewan. Kelangsungan hidup manusia, juga bergantung pada hewan. Hewan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan (rumput dan daun-daunan) untuk dimakannya, membutuhkan air dan menyumbangkan pupuk dari kotorannya untuk tanah yang menyebabkan tanah menjadi subur untuk tanam-tanaman. Lalu manusia menikmati hewan dalam bentuk gizi yang luar biasa, dari telur ayam, daging ayam, sapi, kerbau dan memanfaatkan tenaga kuda untuk menarik pedati mereka, memanfaatkan tenaga kerbau dan sapi untuk menggarap sawah mereka.
Dalam menghormati hewan, Allah bercerita dalam ayat-ayat-Nya tentang hewan yang masuk syurga nantinya. Misalnya burung Hud-hud dan Semutnya Nabi Sulaiman as, Ontanya Nabi Shaleh as, Anjingnya Ashabul Kahfi. Demikian halnya hadits Rasululullah SAW tentang hewan, dalam dua hadits yang bercerita manusia akan dimasukkan syurga dan disiksa karena hewan. Misalnya, hadits tentang masuknya syurga seorang PSK karena memberi minum Anjing yang sedang kehausan. Dan disiksanya seorang perempuan akibat mengikat Kucing dan tidak memberi makan serta  minum sampai mati. Dengan begitu, sungguh hewan merupakan makhluk yang juga harus dihormati keberadaanya. Dan tidak ada satupun makhluk Allah SWT yang diciptakan-Nya sia-sia, melainkan ada manfaatnya masing-masing. Hanya karena keterbatasan kemampuan manusia saja untuk mengetahui apa manfaat makhluk (hewan) ini diciptakan oleh Allah SWT. Satu sisi memang ada hewan-hewan yang merusak, namun sisi lain mereka adalah makanan hewan-hean yang lain. Misalnya ulat, nyamuk, hama wereng sering mengganggu manusia, namun mereka adalah makanan hewan-hewan yang lain, burung, katak dan lainnya.
Begitulah siklus hidup manusia, tidak terlepas dari empat unsur yang sangat penting dan saling ketergantungan. Nah manusia lah yang oleh Allah SWT diciptakan sempurna menjadi pemimpin, harus bisa memimpin dengan baik, melestarikan keberadaan mereka, menjaga dan merawat meraka sehingga bisa dinikmati panjang dari masa ke masa, dari generasi yang satu ke generasi yang lain.  Dan merupakan sebuah kewajiban kita untuk mengingatkan saudara-saudara kita, apabila kita lihat mereka akan merusak alam dan kelestariab bumi. Akan tetapi hendaknya kita memberi peringatan kepada mereka dengan cara-cara yang bijaksana, melalui musyawarah dan sesuai tuntunan-tuntunan Islam yang ada. Apalagi kita hidup di Negara huku, yang barang tentu sudah diatur segalanya oleh pemerintah yang ada.
Menjaga kelestarian alam, bukan kewajiban pemerintah atau tuan rumah dimana hewan, tumbuh-tumbuhan atau air itu berada, namun semua manusia adalah punya hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga alam ini. Karena kembali ke fungsi kita terlahir dan tercipta oleh Allah SWT di bumi ini adalah sebagai pemimpin dari makhluk-makhluk yang lain. Kepemimpina  kita tentu tidak merusak fungsi ke dua manusia yakni sebagai seorang hamba (pengabdi). Oleh itu, hendaknya penghambaan kita totalitas, dalam mencari keridhaan-Nya, baik dari kepemimpinan kita maupun dari ibadah-ibadah yang lain. Mudah-mudahan kita bisa adil dalam memimpin bumi ini. Adil dalam artian, menempatkan sesuatu pada tempatnya, bergerak, bertindak sesuai fungsi dan tugas masing-masing. Apa yang dianggap manusia baik, maka Allah SWT juga tentu menganggapnya baik. Karena Allah SWT sangat senang dengan sesuatu yang indah. Oleh karenanya membuat alam ini indah adalah membuat Allah SWT senang kepada kita. Wallahua’lamubisshawab.
 
Penulis adalah Penyuluh Agama Islam di KUA Mpunda Kemenag Kota Bima