Minggu, 21 Agustus 2011

Komunikasi Efektif, Jiwa Sehat dan Prestasi Belajar OK!


Oleh : Mustapa Umar

Apa memang ada hubungannya, antara komunikasi yang efektif dengan jiwa yang sehat dan prestasi belajar ok?! Coba kita lihat, pengertian komunikasi yang efektif  itu sendiri. H. Muhayat dan Ahmad Hisan Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Denpasar, mengutip tulisan  Endang Lestari dan Maliki dalam buku Komunikasi Yang Efektif, Modul Diklat Prajabatan Golongan III yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia Jakarta, mengatakan bahwa; Komunikasi efektif adalah penerimaan pesan oleh komunikan receiver sesuai dengan pesan yang dikirim oleh sender atau komunikator. Kemudian receiver atau komunikan memberikan respon positif sesuai dengan yang diharapkan. Jadi komunikasi efektif bisa terjadi apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Dan dalam komunikasi efektif itu pula, ada beberapa aspek yang harus terpenuhi diantaranya;
1.      Kejelasan (clarity)
2.      Ketepatan (accuracy)
3.      Konteks (contex)
4.      Alur (flow)
5.      Budaya (culture)
Ada dalil lain, tentang seseorang harus berkomunikasi atau berkata-kata. Dr. Abu Yasid dari Situbondo menulis dalam bukunya Nalar dan Wahyu Interrelasi dalam Proses Pembentukan Syari’at, bahwa dalam terminology ilmu mantik (ilmu logika) dikatakan bahwa, alinsaanu hayawaanunnaathiq (manusia adalah hewan yang bisa berkata-kata), kata annaathiq (berbicara) dalam bahasa Arab mempunyai konotasi makna tidak sekedar berbicara, melainkan dibarengi dengan instinct berpikir. Dengan demikian manusia adalah “hewan” yang bisa berbicara dan berpikir. Nalarnya berpikir sehingga menjadi ciri khas manusia yang dapat membedakan dirinya dengan makhluk lain.
Belum lagi kalau kita melihat Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi azas kita dalam bernegara, BAB X tentang Warga Negara dan Penduduk pada Pasal 28, berbunyi; Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Begitupun dengan BAB XA hasil amandemen (perubahan) ke dua, tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28F, berbunyi; Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi  untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memeiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Komunikasi merupakan hak yang urgen dalam kehidupan manusia, dengan adanya komunikasi yang baik maka akan mengakibatkan jiwa yang tenang dan tentram baik didalam diri pribadi maupun orang lain. Komunikasi juga merupakan suatu alat yang berguna dalam menjalin persaudaraan serta kekerabatan yang harmonis. Maimunah dalam bukunya membentuk pribadi muslim menulis, bahwasanya jiwa yang tenang merupakan sikap pencerminan dari pribadi seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku dalam perbuatannya sehari-hari. Sikap jiwa yang tenang di dalam mengahadapi oleh manusia menunjukkan tingkat kematangan jiwa dan kemantapan pribadi.  Jadi tidak ada alasannya bagi kita untuk tidak berbicara/berkomunikasi. Namun seperti judul tulisan saya ini, komunikasi yang menyehatkan dan membikin prestasi belajar itu meningkat adalah komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang mengkibatkan timbal balik yang baik pula (Respon Positif) komunikasi yang seperti inilah yang sangat di idam-idamkan oleh semua orang. Komunikasi respon positif, di sebut juga oleh Endang Lestari dan Maliki adalah sebagai bentuk Komunikasi Respektif. Komunikasi Resfektif, yakni komunikasi yang saling menghargai antara para pelaku komunikasi, dengan prinsip-prinsip;
1.      Positive thinking (berperasangka positif)
2.      Solution-oriented (berorientasi pada solusi)
3.      Being Honest (spontanitas dan kejujuran)
4.      Emphaty (perasaan)
5.      Feeling (melebur pada perasaan orang lain)
6.      Communicate (ikut berkomunikasi)
Lain halnya dengan pendapat MUI (Majelis Ulama’ Indonesia). Bahwasanya kalau manusia yang ingin komunikasi yang baik tentunya harus mempunyai jiwa yang sehat. Hal ini merupakan keputusan MUI (Majelis Ulama’ Indonesia) dalam musyawarah nasional ulama’ tahun 1983 merumuskan jiwa yang sehat adalah sebagai ketahanan jasmaniah, ruhaniah dan sosial, yang harus dimiliki oleh manusia, sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya) dan memelihara serta mengembangkannnya.
Tentunya agama dalam hal memlihara kesehatan, sejalan dengan pola ajaran Islam, secara menyeluruh. Yakni mencegah terjadinya sesuatu yang berakibat buruk atau mengambil langkah-langkah prefentif. Seperti di ungkapkan dalam kaidah “bahwa mencegah itu lebih baik dibanding mengobati”. Sudah jelas bahwa komunikasi memang kunci utama dalam suatu kesuksesan hidup. Dalam tulisan ini saya mencoba membahas lenih jauh tentang komunikasi yang efektif sehingga tidak terjadinya diskomunication sesama insan (Makhluk) Tuhan Yanga Maha Esa.
Dari tulisan saya ini nantinya, kita ingin mengetahu sejauh mana fungsi komunikasi yang efektif terhadap kesehatan masing-masing kita. Demikian dengan dampak yang ditimbulkan jika kita tidak berkomunikasi secara efektif antar sesama Mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Begitupun dengan tata cara berkomunikasi yang baik dan benar, agar lebih sehat jasmani dan rohani kita. Sehingga selalu siap menghadapi persoalan demi persoalan yang menimpa diri kita di dunia ini.
Masalah yang terjadi, manusia kadang merasa enggan untuk mengakui bahwa dirinya di dalam berkomunikasi merasa menang sepihak dan tidak mau memikirkan lawan bicaranya sehingga akan mengakibatkan komunikasi yang kurang efektif atau yang sering dikenal dengan discomucation (Not Fetback) antar kedua belah pihak. Komunikasi yang kurang baik akan mengakibatkan perasaan, jiwa manusia merasa terluka dan trauma.
Komunikasi yang baik setidaknya bisa dirsakan oleh orang lain (Lawan Bicara). Endang Lestari dan Maliki kembali menulis, dalam bukunya Komunikasi Yang Efektif, ada beberapa starategi dalam membangun komunikasi yang efektif itu diantaranya;
1.         Ketahui mitra bicara
2.         Ketahui tujuan
3.         Perhatikan konteks
4.         Pelajari Kultur
5.         Pahami Bahasa
Sedangkan hal-hal yang bisa menyebabkan komunikasi tidak efektif dan mengganggu proses komunikasi itu sendiri, Achmad Mubarok dalam bukunya, Konseling Agama Teori dan Kasus lebih melihat kepada hal-hal yang berbentuk ketraumaan akibat diskomukasi yang fatal. Keteraumaan tersebut  diantaranya adalah:
1.         Rasa rendah diri yang keterlaluan,
2.         Merasa tersingkir (Aliensi) dari teman-teman sehingga kurang semangat dalam pergaulan.
3.         Takut kepada orang yang belum dikenal sehingga seseorang terlalu berwas-was.
4.         Kesulitan untuk mendekati lawan jenis.
5.         Iri, dengki dan dendam kepada orang lain yang memiliki kelebiahn dalam komunikasi.
Itulah tadi beberapa hal yang mengakibatkan kekefatalan dari komunikasi yang kurang efektif. Manusia beranggapan bahwa komunikasi adalah suatu momok yang perlu di telateni dan penuh diperhatikan. Komunikasi yang kurang efektif biasanya terjadi pada sebuah keluarga yang mana ayah dan ibu sering terjadi perkelahian gara-gara daro komunikasi yang kurang berkenan disalah satu pihak baik dipihak perempuan ataupun laki-laki atau bahkan sering terjadi kepada anak-anak yang mana dari pembagaian tugas rumah yang kurang adil dapat mengakibatkan percek-cokan yang kurang sedap diantara keduanya untuk itu komunikasi dapat diraih dengan beberapa cara serta pengkaplikasiannya.
Dari banyaknya kasus tentang kurangnya keharmonisan rumah tangga misalnya dapat mengakibatkan kefatalan yang serius dalam berlangsungnya suatu rumah tangga. Dalam hadist Rosul bahwasanya kerukunan persaudaraan adalah sangat perlu sesuai dengan bunyi redaksi hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dikatakan “Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata ; Nabi Muhammad SAW bersabda : “Barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dilambatkan ajalnya (panjang umurnya), hendaknya ia menyambungkan tali persaudaraannya”. Daris sebuah hadist ini mengisyaratkan kita bahwasanya manusia dianjurkan untuk menjalin persaudaraan yang baik tetapi itu semua tergantung denag komunikasinya.
Lalu kaitannya antara komunikasi dengan prestasi anak bagaimana? Komunikasi yang baik juga sangat penting di dalam membangun  membangun karakter anak, atau meningkatkan prestasi anak. Ada enam langkah yang prinsip dan harus dilakukan dalam berkomunikasi dengan anak, baik anak didik kita ataupun putra-putri kita sendiri adalah;

1.        Langkah pertama; Dampak kenangan masa lalu.
Setidaknya kenangan masa lalu dijadikan suatu ajang intropeksi diri bagi diri pribadi manusia. Apapun yang dilakukan oleh orang tua baik itu ucapan dan perbuatannya yang mengandung makna yang penting bagi anak-anaknya bila Anda menjadi orang tua, beberapa kemungkinan berikut Anda bisa terapkan;
  1. a      Secara sadar Anda memperlukan anak-anak Anda dengan cara yang berbeda dan berhasil.
  2. b      Anda tahu bahkan Anda meneruskan pola yang negatif meskipun memahami bahkan Anda merasa tidak puas dengan perilaku anak-anak Anda, Anda tidak tahu apa yang harus Anda lakukan.
  3. c       Anda terperangkap dalam pergulatan untuk mendorong anak Anda menjadi pribadi yanmg mandiri, tetapi dilain pihak Anda merasa tidak nyaman melakukan hal ini.

2.     Langkah kedua; Selesaikan masalah Anda.
Didalam keluarga sangat banyak sekali problem yang dihadapi oleh sebab itu usahakan problem yang dihadapinya diselesaikan dengan rasa tentram dan damai agar keluarga,anak-anak tidak terusik dengan problem keluarga. Ciptakan keluarga yang Tut Wuri Handayani dimana orang tua yang bisa dijadikan figur bagi anak-anaknya, menghargai dan mengerti kebutuhan anak supaya merasa nyaman dan aman.
3.     Langkah ketiga; Temukan hal-hal yang positif .
Temukan hal-hal yang positif sangatlah mendukung untuk terwujudnya keluarga yang damai dan nyaman. Usahakanlah anak-anak kita bisa mewarisi tradisi keluarga dan usahakan juga anak kita memiliki dan dimiliki oleh keterkaitan serta tanggung jawab yang baik. Pandai-pandailah member sentuhan kepada mereka, walaupun sekedar kata-kata “terimaksih” dan “permohonan maaf” kepada mereka jika kita merasa keliru.
4.     Langkah keempat; Hapus semua kenangan buruk.
Biarkanlah kenangan yang buruk berlalu begitu saja serta mengilhami dan Anda berusaha melupakan serta mengilhami dan Anda berusaha melupakan serta menerima bahwa Anda tidak mampu merubah masa lalu tetapi, Anda dapat bertanggung jawab atas perubahan yang terjadi saat ini, usahakan kita menengok masa lalu bukan untuk menuduh atau mengalahkan siapapun, tetapi kita menengok ke masa lalu dengan keinginan besar untuk bisa berkembang.
5.     Langkah kelima; kaji kembali kedekatan Anda sebagai orang tua.
Di dalam keluarga tentunya Anda terjadi kejenuhan yang sangat luar biasa dan serius, maka dari itu usahakanlah Anda sebagai orang tua dapat menerapkan pendekatan yang seimbang. Anda menerapkan proses yang memadai saat anak-anak sangat membutukan, tetapi biarkanlah anak-anak menikmati kebebasan sehingga mereka tahu bahwa sebagai individu, mereka sangat berarti bagi Anda.


6.     Langkah keenam; Bicaralah dengan anak-anak tentang masa lalu Anda.
Pergunakan percakapan seta humoris yang baik dan berguna bagi anak-anakmu karena mereka (anak) ingin mengetahui yang lebih jauh siapa Anda (orang tua), usahakan orang tua menceritakan masa lalu kepada anak-anaknya pada usia prasekolah, karena pada masa ini mereka baru saja mengembangkan gambaran dirinya. Pada anak usia sekolah, karena pada masa ini anak ingin tahu hubungan orang-orang yang ada dalam foto dengan dirinya. Dan berbicara pada anak usia remaja, karena pada masa remaja ingin penjelasan terperinci mengapa kakek mereka amat pemarah atau mengapa nenek kadang-kadang terlalu banyak mengunyah sirih dan sebagainya.
Selain di atas juga ada beberapa tips yang perlu diketahui diantaranya;
-          Gunakanlah waktu sebaik mungkin.
-          Berpaut sapalah dengan teman dan saudara dengan baik.
-          Mengerjakan sunah-sunah Rosul yang baik dan istiqomah serta reratur.
Dari keterangan di atas itu semua bisa membawa manusia kedalam komunikasi yang efektif dan efisien. Misalnya melakukan sunah-sunah Rosul shalat tahajud ternyata shalat tahajud dapat menyembuhkan beberapa penyakit dalam tubuh manusia. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi “bahwasanya” Shalat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan dari penyakit”.(HR. Tirmidzi). Gambaran shalat tahajjud adalah proses komunikasi sepertiga malam antara hamba dan khaliknya. Begitupun dalam Hadits Rosulullah SAW yang lain, sebuah riwayat Muslim mengatakan, “Allah telah mewahyukan kepadaku, “Hendaklah kamu saling menghormati satu sama lain, jangan ada seseorang menganiaya yang lain, dan jangan ada seseorang yang sombong terhadap yang lain”.(HR. Muslim).
Bahwasanya kehidupan manusia itu adalah suatu cobaan dan penyeleksian alam bagi Tuhan, dimana manusia mampu dan menjalankan roda kehidupan yang penuh tantangan dan hiruk pikuk yang membingungkan dan merepotkan maka merekalah yang kelak akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, serta akan menikmati pemberian dari Tuhannya. Maka dari itu sebagai insan yang hakiki tentunya kita harus  mampu menciptakan lingkungan yang harmonis dan dinamis. Supaya dalam menjalani cobaan dari Tuhan kita dapat menerimanya dengan rasa ihlas dan tawadu’. Mungkin hanya sedikit tulisan yang dapat saya tuangkan di lembaran kertas putih ini, kritik dan sarannya yang sekiranya dapat memotivasi dan membangun selalu saya harapkan. Dan semoga bermanfaat untuk kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar