Oleh : Musthofa Umar
Komisi Penanggulangan AIDS Nusa Tenggara Barat, memperkirakan pengidap HIV/AIDS di daerahnya sedikitnya mencapai 3.000 orang. Ini perkiraan dari penyebaran melalui 494 orang yang dinyatakan positif, sampai posisi Agustus 2011. Begitu Metronews menulis (12/11) bersamaan dengan Hari Kesehatan Nasional. Dan kemarin kalau kita melihat editorial media ini (16/11) secara husus menulis tentang HIV/AIDS yang terjadi di daerah kita, walaupun hari bebas HIV/AIDS sedunia masih setengah bulan lagi (1 Desember). Namun tidak ada salahnya kalau kita membahas hal ini, karena berkaitan erat dengan masalah kesehatan penduduk dunia hususnya Indonesia dan lebih husus lagi Nusa Tenggara Barat. Di samping juga, Kota Bima dalam memperingati Hari Kesehatan kemarin dalam sambutan Walikota, akan mencanangkan Kota Bima menjadi Kota Sehat. Tentunya yang dimaksud adalah sehat Jasmani dan Rohani, karena “dalam tubuh yang sehat terdapat akal yang sehat”.
Situs resmi Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS, www.aidsindonesia.or.id, HIV merupakan singkatan dari “human immunodeficiency virus”. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. Sedangkan AIDS adalah alah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
HIV dan AIDS menurut catatan Wikipedia, pertama kali mengemuka di Indonesia, diawali dengan penemuan kasus pertama pada tahun 1987 di Bali. Menjelang tahun 2000, terjadi percepatan pertambahan Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) dengan pesat, bahkan memasuki tahun 2000, terdapat lokasi-lokasi dimana penularan HIV sudah tinggi (concentrated level epidemic). Dan saat ini Indonesia menjadi salah satu Negara yang termasuk pada taraf epidemi terkonsentrasi, artinya Negara yang mempunyai tingkat prevalensi lebih dari 5 % dalam populasi resiko tinggi yaitu dari para penjaja seks, pengguna narkoba suntik dan hubungan seksual dari sesama jenis kelamin (homo seksual). Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia sejak kasus pertama tahun 1987 hingga akhir Juni 2011 berkembang dengan sangat cepat. Dalam Laporan Kementerian Kesehatan RI terdapat 26.483 kasus yang tersebar di 300 Kabupaten/Kota yang melapor dan 33 Provinsi. Angka ini tergolong luar biasa, karena kalau kita lihat pada tahun 2010 hanya terdapat 4. 158 kasus saja. Dari kasus ini sebanyak 54,8 % ditularkan melalui Hetroseksual. Dan sebanyak 46,4 % dan umur 30-39 tahun sebanyak 31,5 %. dilakukan dalam rentan usia 20-29 tahun (remaja).
Untuk NTB, angka 3.000 menurut Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) H Soeharmanto, adalah yang terdata dan diakuinya masih banyak yang belum terdata. Dan ini tergolong fantastis! Ini fakta bukan sebuah fenomena lagi, di daerah yang terkenal dengan sebutan 1.000 masjid. Ini PR (Pekerjaan Rumah) bagi kita semua, terutama pemuka-pemuka agama dan tokoh yang berperan dalam masalah ‘moral’ masyarakat. Virus HIV dan AIDS lebih banyak ditularkan dari hal-hal yang kurang baik menurut kacamata moral agama. Misalnya free sex (sek bebas), penggunaan jarum suntik Narkoba dan sex sesama jenis (homo dan lesbian).
Dan masih dari catatan Menteri Kesehatan, bahwa menurut hasil penelitian perempuan dan remaja putri ternyata lebih rentan tertular HIV. Hasil studi menunjukkan bahwa kemungkinan perempuan dan remaja putri tertular HIV 2,5 kali dibandingkan laki-laki dan remaja putra (UNAIDS 2004). UNAIDS melaporkan bahwa 67% kasus baru HIV dan AIDS di negara berkembang ada pada kalangan usia muda (15 – 24 tahun). Dari jumlah tersebut, 64% adalah perempuan dan remaja putri berusia 15 – 24 tahun. Selain itu, masih ada stigma di masyarakat yang menganggap bahwa HIV dan AIDS hanya dialami perempuan penjaja seks atau perempuan Penjaja Seks Komersial (PSK) adalah sumber penularan HIV, ternyata tidak benar karena saat ini perempuan yang tidak melakukan perilaku beresiko telah ada yang terinfeksi HIV dari pasangan tetapnya (suaminya).
Jadi stigma selama ini yang berkembang terpatahkan dengan hasil study ini, bahwa PSK bukanlah satu-satunya penyebab utama tertularnya virus HIV dan AIDS, akan tetapi orang yang melakukan free sex (sek bebas) dengan gonta-ganti pasangan adalah beresiko juga. Dan melihat gejala-gejalanya, dari mana asal mula virus HIV dan AIDS ini berkembang, tentu kita kembali kepada pathologi social remaja kita. pergaualan yang bebas di luar, dan kurangnya pengetahuan mereka tentang agama, adalah pemicu awal untuk tertular dan memba virus HIV dan AIDS di masyarakat.
Karena remaja merupakan pihak yang rentan mengalami permasalahan terkait dengan kesehatan reproduksi dan seksual, sehingga perlu mendapatkan perhatian, kata Kepala Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan Universitas Gadjah Mada Muhadjir Darwin. "Permasalahan terkait kesehatan reproduksi dan seksual yang mengancam remaja antara lain kehamilan tidak dikehendaki, aborsi, kekerasan, minuman keras, napza, dan penyakit menular seksual seperti HIV dan AIDS," Namun, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak secara riil dan mengakar mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi remaja. Oleh karena itu, berbagai permasalahan yang dihadapi remaja itu perlu dicarikan solusi serta ada pengakuan hak dan kesempatan yang sama pada mereka. Seiring dengan perkembangan masyarakat, nilai dan norma juga ikut berubah, sehingga peran remaja untuk mendorong adanya perubahan maupun mengakomodasi kepentingan mereka semakin diperlukan. Kita berharap para remaja terutama di NTB dan Kota Bima bisa memahami berbagai persoalan tentang kesehatan reproduksi dan seksual maupun pandangan konservatif terkait hal itu, agar pencegahan dini HIV dan AIDS terutama bisa teratasi.
Hal senada juga menjadi harapan Komisi Penanggulanagan AIDS NTB. Ini terlihat dalam pernyataan Soeharmanto bahwa angka estimasi HIV dan AIDS di NTB sebanyak 3.000 itu diperlukan untuk kepentingan penanganan wabah penyakit mematikan itu, terutama dalam mengimplementasikan program penyadaran terhadap para pengidap, agar mau berobat meskipun pengobatannya terus berlanjut sepanjang hidup. Selain itu, angka estimasi itu juga perlu diketahui masyarakat, terutama yang dikategorikan rawan tertular seperti remaja, agar mereka lebih mampu membendung dirinya dari kemungkinan tertular.
Virus HIV dan AIDS adalah wabah penyakit mematikan yang sampai saat ini belum ada obat yang pas untuk menyembuhkan. Dan kita yakini sebagai seorang yang beriman kepada Allah SWT bahwa ini adalah bagian dari musibah dan bencana yang diturunkan Allah SWT atas pelanggaran perintah-perintah-Nya. Karena dalam surat Al-Mukminun pada ayat 5 sampai dengan 7 dengan gambling kita di peringatkan-Nya, “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu (zina, homo dan lesbi dan sebagainya). Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
Atas dasar inilah, maka Allah SWT menegur kita semua dengan diturunkannya wabah atau virus HIV dan AIDS karena semua adalah berasal dan yang berkehendak atas seusatu di muka bumi ini hanyalah Allah SWT. Akankah kita tidak membuka mata kita? berapa banyak korban lagi yang akan berjatuhan di negeri ini, dan sekali lagi obat yang ‘mujarab’ sampai saat ini belum ada penemuan, namun hanya pencegahan mungkin itu yang bisa kita lakukan sementara, mencegah dari hal-hal yang akan mengarah kepada tertularnya virus ini. misalnya, menjaga kesetiaan pada pasangan yang sah dengan tidak melakukan free sex (sek bebas) dengan gonta ganti pasangan, tidak melegalkan PSK menjajakan dirinya dengan bebas, Narkoba, Shabu dan sebagainya dengan melalui jarum suntik. Termasuk pencegahan moral dari guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, instansi terkait dan lebih-lebih orang tua, agar lebih intens mengawasi dan mengontrol pergaulan putra-putri mereka.
Penulis adalah Penyuluh Agama di KUA Mpunda Kemenag Kota Bima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar