Selasa, 07 Juni 2011

Tangkis ALiran Sesat, Bentengi dengan Al-Qur’an


Oleh : Mustapa Umar

Akhir-akhir ini banyak muncul aliran sesat dan bahkan menyesatkan di Indonesia. Mungkin kita tidak perlu heran, karena jauh sebelumnya Rasul kita Muhammad SAW pernah bersabda tentang akan munculnya 73 firqoh atau golongan dalam tubuh Islam itu sendiri. Namun dari sekian banyak itu, yang masuk syurga hanyalah ahlussunnah wal-jama’ah. Dan lagi-lagi dari semua faham ini semuanya mengaku ahlus  as-sunnah wal-jama’ah.
Firqoh-firqoh ini beragam bentuk dan karakter yang mereka bawa. Contoh saja, kaum khawarij yang sampai membunuh pimpinannya sendiri sahabat Ali Karamallahuwajhah,karena tidak sepaham dengan mereka. Apalagi model M. Syarief (pelaku Bom bunuh diri di masjid polres Cirebon) yang mengkafirkan orang tuanya sendiri. Hal ini tentu tidak membuat kita heran. Tapi masalahnya kenapa mereka menjadi beda aliran?
Di Indonesia sendiri, banyak aliran yang masuk dan merusak tatanan Islam bahkan tatanan keagamaan yang sudah ada. Contoh yang masih segar dalam ingatan kita, Nabi palsu Musadek, Lia Eden sampai yang merusak ideology bernegara NII. Negara melalui MUI (Majelis Ulama’ Indonesia) bahkan Menteri Agama sendiri sudah menyatakan beberapa aliran ini adalah sesat dan menyesatkan. Namun kenapa mereka malah tumbuh subur walau sekedar gerakan bawah tanah. Dan hal ini lalu menjadi tanggung jawab siapa?
Munculnya ragam aliran ini, bias jadi sebuah ujian berat bagi kita yang masih teguh memegang Iman dan Islam yang mudah-mudahan benar. Mereka memang Islam, tapi apakah mereka memang menempatkan Islam pada letaknya dengan benar? Lalu kenapa mereka sampai mengambil langkah-langkah seperti itu? Dan tulisan saya ini, mencoba mengurai alas an mereka teman-teman kita, saudara-saudara kita mengambil langklah-langkah yang kebanyakan orang menganggapnya sesat dan menyesatkan.
 
1.   Pemahaman Keliru tentang Islam
 Pengertian Islam mungkin sudah kita maklum bersama. Dan ajaran-ajaran Islam juga kita sudah paham dari mana asalnya. Ajaran islam bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Selama ini banyak kita beragama Islam, sekedar warisan saja. Artinya kebetulan orang tua kita Islam makan kita secara otomatis adalah Islam. Namun jarang dari kita tidak pernah tahu apa islam sesungguhnya. Mungkin kalau kita sekolah di pondok-pondok pesantren insyaallah pemahaman tentang Islam akan kita dapatkan dengan sempurna. Atau meniatkan diri untuk belajar agama islam dengan sungguh.  Walau kita tidak sempat belajar di pondok-pondok pesantren. Jangan puas dengan ke-islam-an kita saat ini. Itu tidak jaminan untuk mengetahui ajaran-ajaran islam yang lain. Maka carilah guru, ustad, atau orang yang benar-benar paham tentang islam untuk mengajari kita dengan benar.
 
2.   Jauh dari Al-Qur’an
Aliran sesat ini juga bias memasuki hati kita, karena hati kita jauh dari al-Qur’an. Baik dalam pengertian sekedar membacanya ataupun mengikuti apa yang terkandung di dalam al-Qur’an itu sendiri. Alhamdulillah pak Gubernur kita dan di lanjutnkan dengan Wali Kota dan Bupati di seluruh NTB, mewajibkan anak-anak kita untuk mengaji di waktu maghrib. Karena ironis memang, al-Qur’an hanya kit baca saat bulan Puasa saja, setelah itu di taruk begitu saja tanpa kita buka lagi.
Dengan amsuknya era tekhnologi saat ini, ada TV, Internet, HP juga sebagai musuh bagi orang tua dalam membina putra-putri mereka untuk menanamkan al-Qur’an sejak dini. Mereka anak-anak kita, lebih menghafal lagu-lagu pop, dangdut dari pada al-Qur’an. Mereka lebih senang menonon TV waktu maghrib dari pada mengaji al-Qur’an.
Al-Qur’an sumber ajaran islam yang benar. Kalau kita tidak mengajarkan al-Qur’an dengan benar, maka jangan heran setelah besar nanti anak kita memahami al-Qur’an dengan caranya sendiri.  Dan inilah yang menyebabkan orang istilahnya sering menjual ayat. Kita tidak paham, apakah ayat ini di nasikh-mansukh apa gak? Yang penting ngerti ayat, dan ayat ini terus dijadikan dalil untuk tujuan-tujuan tertentu.
Begitupun dengan hadits, terkadang kita hanya mengerti hadits satu, lalu kita menjadikan dalil semuanya. Padahal untuk menggunakan hadits sendiri syaratnya banyak. Harus tahu asal-usul hadits itu dikeluarkan, pristiwa apa, siapa yang menerima pertama bahkan lingkup makna dan tujuannya juga harus kita tahu, barulah kita menggunakan hadits tersebut sebagai dalil.
Maka dari itu, mari kita semua untuk menanamkan al-Qur’an sejak dini kepada putra-putri kita. Himbau mereka untuk mengaji saat maghrib tiba. Hidupkan TPQ-TPQ, langgar-langgar, musholla-musholla agar anak-anak kita setelah besarnya nanti tidak keliru memahami al-Qur’an dan menggunakan ajaran-ajaran di dalam al-Qur’an itu dengan salah.

3.   Jauh dari Masjid
 Hal yang menjadi masalah Negara ini adalah jauhnya jama’ah dari masjid-masjid. Terutama di daerah NTB mereka semua berlomba-lomba mengajukan proposal untuk membangun Masjid yang megah, namun isinya hanya para lansia. Itupun sekedar shaf di depan untuk sholat lima waktu saja. Jama’ah kita hanya menggunakan masjid saat shalat jum’at, dan dua hari raya saja. Namun yang lain tidak ada.
Mungkin bias jadi, aliran sesat yang muncul banyak saat ini, adalah bentuk teguran Tuhan kepada kita karena meninggalkan Masjid. Masjid adalah rumah Allah, Masjid adalah Benteng pertahanan ummat islam, masjid adalah symbol kejayaan islam. Di mana-mana dalam sejarah kita membaca, Islam jaya saat rasulullah dan sahabat waktu itu selalu di bangun Masjid. Dan di masjid mereka diskusi, mengatur starategi perang, menuntaskan masalah-masalah ummat. Tidak hanya untuk ibadah wajib seperti yang kita lakukan saat ini.
Dari itu kalau saya ibaratkan sebuah perang, jika kita sudah merasa terdesak maka hendaknya kita akan kembali masuk ke Benteng kita untuk bertahan. Dan jika itu masalah yang merong-rong umat islam, atau bahkan agama islam. Maka kembali berlindung ke benteng islam itu sendiri, yakni masjid, agar Islam ini tetap jaya dan tegak sesuai dengan ajaran yang benar.


4.    Peran Masyarakat dan Orang Tua
 Anak akan mengaji apabila ada dorongan dari orang tua. Namun orang tua juga tidak akan berhasil menjadikan si anak bias kalau masyarakat tidak mendukung. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional kita dalam Pasal 4 tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan butir ke 6 jelas dikatakan bahwa, pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

Pendidikan secara umum tidak hanya sekedar sekolah saja, namun di luar sekolah anak-anak kita sedang dalam proses didikan. Di sekolah mungkin paling maksimal mereka belajar dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Itupun dengan seabrek mata pelajaran yang belum tentu mereka suka semua. Belum masalah psikologi, mreka tidak sarapan pagi, mereka kurang uang belaja, guru killer atau mata pelajaran mereka tidak hoby. Sehingga menjadikan apa yang mereka serap di sekolah tidak maksimal. Lalu setelah pulang sekolah mereka akan berhadapan dengan lingkingannya. Kalau lingkungannya baik maka anak ini akan menjadi baik, tapi kalau lingkungannya buruk maka anak inipun akan menjadi buruk.
Ada memang pepatah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” tapi pepatah ini bias kita patahkan, jika kita mau merubah nasib anak dan kita sendiri. Bukankan Allah juga sudah menjelaskan hal demikian. “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kalau kaum itu tidak mau merubah nasibnya sendiri”? artinya perlu perencanaan dulu baru kita mintakan lewat do’a dan tunggulah hasilnya.

Menyuruh mengaji, tidak cukup sekedar menyuruh saja. Tapi antar mereka sampai ke depan gurunya. Karena bias jadi, si anak akan berbelok ke temannya atau si anak akan melihat aktivitas ibunya / bapaknya dulu. Banyak orang terkadang menyuruh putra-putri mereka mengaji, atau sholat tapi mereka orang tuanya asyik nonton TV atau yang lain. Sehingga si anak jadi kehilangan figur. Dakwah bil-lisan, memang bagus, tapi lebih bagus dakwah bil-hal (perbuatan). Karena anak langsung bisa meniru saat itu juga.
Dan penting bahwa, anak adalah investasi orang tuanya. Kalau anak kita tidak bisa berbuat apa-apa maka jangan harap, hari tua kita menemukan yang terbaik dari anak kita. Anak  selain dia adalah amanah yang harus kita jaga yang ditipkan oleh Allah SWT dan sumber rezeki bagi kita. Kenapa? Karena kata orang, “ada anak ada rejeki” . pertanggung jawaban ini akan diminta Allah kelak di hari kemudian.
Mungkin tulisan saya ini, bisa menjadi jalan alternative solusi dari masalah-masalah yang dihadapi bangsa ini. Marilah kita mulai membenahi bangsa ini dari sejak dini. Dari calon-calon generasi penerus agama, bangsa dan Negara ini. Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar