Minggu, 12 Juni 2011

(Refleksi Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni) Islam untuk Alam, Jangan Rusak Alam!

Oleh : Mustapa Umar
 
Kira-kira 13.7 miliyar tahun lalu, menurut pendapat beberapa ahli, alam ini diciptakan. Alam adalah anugrah dan ciptaan Allah SWT untuk kita manfaatkan sebaik-baiknya guna kepentingan dan kelangsungan hidup kita. Dalam al-Qur’an sangat banyak Allah menjelaskan tentang pembuatan alam dan isinya. Penegasan Allah dapat kita lihat dalam surat al-An’am ayat 101, “Dialah pencipta langit dan bumi”. Mengenai langit yang menurunkan hujan, dijelaskan-Nya dalam surat al-Mujadalah ayat 11, “Demi langit yang mengandung hujan”. Dan mengenai tahapan-tahapan Allah menciptakan alam semesta dapat kit abaca dalam surat an-Nazi’at dari ayat 27-33 dan banyak yang lain, menambah keimanan kita bahwa ala ini adalah bukti adanya Allah SWT.
Dan bumi serta isinya oleh Allah diciptakan pemelihara, pemimpin, penanggung jawab dan pengatur yakni manusia. Manusia pertama, Adam as diciptakan-Nya di syurga, namun selanjutnya, Allah SWT mengutusnya untuk turun memimpin bumi (khalifah fil ardi). Selain itu kita manusia ini, adalah sebaik-baik ciptaan dari ciptaan yang ada, hanya untuk mengelola dan mensejahterakan ciptaan yang lain. Islam sebagai agama yang diridhoi Allah seperti yang tertera dalam ayat terakhir yang diturunkan (al-Maidah ayat 3), pada saat Rasulullah melaksanakan haji wada’ adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya rahmat untuk sekalian alam. Kasih sayang yang harus ditunjukkan bukan hanya kepada manusia saja, tapi seluruh isi alam ini.
Dari itu, manusia sangat tidak dibenarkan untuk merusak ekosistem dan keseimbangan alam/lingkungan sekitarnya. Justru Allah ingin alam ini dikelola dengan sebaik-baiknya, dari itu manusia dilengkapi dengan akal fikiran yang membedakannya dengan hewan yang lain. Larangan-larangan Allah jelas tertera dalam al-Qur’an, tentang tidak dibenarkannya kita merusak alam ini. Bisa kita lihat dalam surat ar-Rum ayat 41, misalnya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Kerusakan alam di dunia, lebih-lebih di Indonesia sudah sangat menghawatirkan.   Bayangkan saja, menurut data kementerian Lingkungan Hidup, luas hutan Indonesia yang secara de yure mencapai 133.300.543,98 ha masih terus mengalami deforestasi (kerusakan hutan) yang lebih cepat dibandingkan dengan laju pemulihannya. Laju kerusakan hutan mencapai 1,17 juta hektar per tahun di Indonesia, sedangkan kemampuan pemulihan lahan yang telah rusak hanya sekitar 0,5 juta hektar per tahun. Belum lagi masalah faunanya. Setiap hari, kita disuguhkan dengan pemberitaan-pemberitaan tentang, pembalakan liar dimana-dimana, pencemaran lingkungan dan polusi serta perburuan hewan yang menjaga keseimbangan alam ini.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi, sering beralaskan karena Sumber Daya Manusia yang tidak memenuhi standar untuk memahami manfaat dan dampak dari kerusakan alam yang mereka perbuat sendiri. Atau karena kemiskinan dan kesejahteraan rakyat, yang tidak seimbang di negeri ini, sehingga banyak orang yang selalu mengambil jalan pintas guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Alam yang seharusnya mereka kelola dan manfaatkan menjadi ancaman bencana setiap saat yang selalu menanti dan mengintai mereka. Pemerintah juga belum maksimal dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang perlindungan lingkungan.
Banyak contoh bencana yang kita jadikan rujukan di negeri ini, akibat dari tidak pahamnya masyarakat tentang lingkungan. Hutan gundul, ikat yang ditangkap dengan pukat harimau, dengan bom ikan, gunung yang gundul, pertambangan yang tidak dkelola dengan baik, polusi udara dari knalpt kendaraan kita atau dari megahnya rumah-rumah kaca yang menyebabkan lapisan ozon di kutub selatan semakin menipis. Tahun kemarin, alam juga tidak menentu, antara musim hujan dan kemarau tidak pasti. Semua ini hendaknya kita jadikan pelajaran yang sangat berharga dalam melangsungkan kehidupan di bumi yang kita cintai ini.
Baru-baru ini, kita dikejutkan dengan merebaknya wabah ulat bulu dimana-mana. Banyak yang bilang karena ekosistem tidak seimbang, banyak burung-burung pemakan ulat habis ditangkap. Belum lagi amukan-amukan alam yang lain, sunami, angin topan, banjir bandang, abrasi, gunung meletus, gempa bumi, tanah longsong dan banyak lagi yang tidak cukup hanya dilihat dengan kasihan saja. Atau bagi para pejabat, cukup dengan datang memberi bantuan, atau hanya sekedar berbelasungkawa saja? Tanpa harus berfikir bagaimana penanggulangan yang serius. Coba kita mengaca pada Jepang tetangga kita. Betapa dahsyatnya gempa dan sunami yang menimpanya maret kemarin, begitu cepat penangannya.
Akibat-akibat yang terjadi dari tindakan kita merusak alam, Allah SWT juga ingatkan kita dalam ayat-ayat-Nya untuk kita pahami. Secara panjang Allah menjelaskan-Nya dalam surat al-A’raf ayat 96-99 misalnya. Bagaimana bencana-bencana itu datang, baik secara tiba-tiba maupun saat manusia lelap tidur seperti yang terjadi di Aceh 2004 silam. Cukup sudah air mata yang tumpah, nyawa yang menghilang akibat dari keserakahan kita untuk memenuhi isi perut dengan mengorbankan saudara-saudara yang lain. Jika kita Islam hendaklah menjadi pemeluk yang baik, pemeluk yang mengerti secara kaffah (keseluruhan) ajaran-ajaran islam itu sendiri, termasuk bagaimana Islam menjaga dan memelihara alam semesta ini. Jadilah pemimpin yang baik, dalam memimpin alam ini. Agar Allah SWT sebagai penguasa tunggal jagat ini, tidak menimpakan adzab-Nya kepada  kita semua.
Oleh karena itulah, pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) kali ini, yang dipusatkan di New Delhi India kemarin (5/6) mengambil tema, “Forests: Nature at your Service” atau Hutan dan Alam Melayani Anda. Sedangkan di Indonesia tersirat makna tema yang diambil, bahwa pentingnya hutan sebagai penjaga keseimbangan antara kepentingan manusia dan kepentingan semua makhluk hidup lainnya di dunia.
Mudah-mudahan di hari lingkungan hidup kali ini, kita menjadi orang-orang yang beruntung. Orang yang beruntung menurut Nabi adalah orang yang prilakunya meningkat lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Kepada semua pihak agar menciptakan dan menjaga lingkungan sekitarnya dengan baik. Gerakan menanam pohon atau gerakan seribu taman yang digelorakan pemerintah Kota Bima perlu kita acungkan jempol, karena hal itu sebagian dari upaya menjaga kelestarian alam sekitar. Apalagi di jantung kota yang setiap hari terkena polusi udara dari pembakaran-pembakaran CO (Karbon Monoksida) kenalpot motor ataupun CO2  dari mesin-mesin pabrik yang lain.
Hutan kota perlu kita galakkan, pembangunan-pembangunan rumah yang menggunakan lahan pertanian produktif juga harus diperketat ijinnya oleh pejabat yang berwenang, agar lingkungan hijau tidak semakin hari semakin berkurang. Kita harus berfikir panjang guna kepentingan generasi kita ke depan. UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982 hendaknya dilaksanakan dengan baik dan benar. Pencemaran dapat timbul memang sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam dan hal itu pasti terjadi. Pencemaran lingkungan andai sulit untuk dihindari. Tapi hendaknya kita melakukan pengurangan pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkngan. Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar