Minggu, 14 Agustus 2011

Disiplin, Sipdilin, Plinsidi, Lindisip..akh! Susah Sekali.


Oleh : Mustapa Umar

Koran ini sabtu (6/8) menyorot tentang Disiplin Pegawai Pemprov NTB yang kian merosot. Masalah disiplin memang seperti tidak habis-habisnya dibicarakan, diupayakan, dan diusahakan untuk ditingkatkan. Dalam setiap arahan pimpinan upacara selalu titik tekannya kepada disiplin. Sampai dibeberapa kota dan instansi saat ini menerapkan absen sidik jari, hanya untuk mendisiplinkan orang-orang yang tidak disiplin. Pertanyaan kita kenapa disiplin itu sulit dan harus mulai dari mana? Mudah-mudahan tulisan saya ini, bisa menjadi spirit kita bersama hususnya saya pribadi. Saya tentu tidak menggarami lautan, namun kewajiban untuk saling nasehat-menasehati antar sesama mungkin bisa menjadi alas an tulisan saya ini.
Masalah disiplin tidak terlepas masalah dengan waktu. Bagaimana kita memanfaatkan dan memaknai waktu itu sendiri. Seberapa kualitas waktu yang kita punya atau hanya kita buang begitu saja. Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai dasar pedoman kita beragama dan menjalankan kehidupan ini, juga berbicara tentang waktu, berbicara tentang disiplin. Sudah sepantasnya kita sebagai pemeluk yang ta’at tentu melirik kembali ajaran-ajaran yang digariskan Allah SWT dan Rasulullah kita tersebut, agar kita tidak dikatakan orang-orang yang lupa akan ajaran agamanya. Karena kehidupan apapun yang kita lakukan di atas dunia ini, tentu tidak lepas dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Berbicara soal waktu dan disiplin, Allah SWT bersumpah dengan waktu, dalam firman-Nya dapat kita lihat dalam surat Al-‘Ashr ayat 1-3. “Demi masa (waktu), Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya tetap dalam kesabaran. Dalam penegakan waktu (disiplin) sesuai ayat ini, sangat dibutuhkan juga adanya keimanan, nasehat-menasehati, mentaati kebenaran dan tetap dalam kesabaran pada setiap orang. Ayat ini juga berbicara tentang mereka-mereka yang tiak peduli dengan waktunya, maka akan merasakan kerugian sendiri dalam hidup. Dan lebih tragis lagi, apabila tidak menghargai waktu yang diberikan termasuk bagian dari orang-orang yang tidak beriman. Karena Allah SWT membuat pengecualian yakni orang-orang beriman saja yang bisa menghargai setiap detik waktunya.
Melihat sisi surat Al-‘Ashr ini, mungkin kita akan lebih fokus kepada Sholat. Andaipun kita melihat ansih sholat saja, sholat juga didikan disiplin secara tidak langsung kepada kita. Waktu kita untuk melakukan sholat, sudah ada dengan sendirinya dan tartib. Dimana Rasulullah SAW sendiri memerintahkan kita untuk sholat diawal waktu dalam setiap waktu shalat datang. Begitupun dengan ibadah-ibadah yang lain, sudah ada waktunya sendiri-sendiri dan harus tepat waktu, teratur, tertib dalam menjalankannya.

Namun tentu ayat tersebut tidak berbicara hanya tentang waktu shalat saja, bukankah shalat juga menggambarkan kehidupan kita sehari-hari? Tujuan shalat adalah mencegah diri dari perbuatan keji dan munkar, artinya mereka yang shalatnya benar maka inysaAllah tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan keji dan munkar, termasuk mengkorupsi waktu dan tidak menghargai waktu yang diberikan adalah bagian dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar terhadap Allah SWT.
Lebih dari itu, sumpah Allah ini tentu sangat mendasar dan harus kita imani sebagai seorang hamba yang taat menjalankan agama dan keyakinan kita. Sebab waktu tidak bisa ditarik kembali jika itu sudah berlalu dan  meninggalkan kita. Berawal dari waktu inilah segala keputusan dan tindakan kita dimulai. Apabila kita telat sedikit maka itu menjadi penyesalan berkepanjangan. Bukankah banyak orang bilang kesempatan itu tidak datang dua kali? Atau orang arab bilang “al-waktu kasshaifh”(waktu adalah pedang), maka akan memenggal kita sendiri kalau kita melewatinya tanpa manfaat. Dan orang baratpun mengatakan “the time is money” (waktu adalah uang), artinya begitu berharganya waktu bagi mereka, sehingga tiap detik harus bermakna dan bermanfaat untuk kehidupan mereka.
Lalu bagaimana pandangan hadits tentang waktu? Dalam Haditsnya Nabi Muhammad SAW pun berbicara tentang waktu. “barang siapa yang hari ini lebih baik dengan hari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Sedangkan kalau hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk orang yang tidak beruntung. Dan orang yang apabila hari ini lebih buruk dengan hari kemarin, maka orang itu termasuk orang yang merugi dalam hidupnya”. Dalam hadits ini, Rasulullah tentu menginginkan ummatnya harus menjadi orang-orang yang beruntung, yakni orang-orang yang tiap harinya ada peningkatan kualitas hidup mereka. Dan penghargaan waktu disini adalah disiplin yang dilakukan ummatnya yang disukai oleh Nabi.
PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah jabatan yang didapat dengan susah payah. Abdi Negara dengan beberapa ketentuan yang mereka harus patuhi dan taati dan tandatangani saat mereka disumpah jabatan. PNS adalah hasil seleksi ketat dari sekian ratus bahkan ribu orang, saudara-saudara kita yang kurang beruntung untuk lolos menjadi PNS, dan begitu kita lolos / lulus lalu harusnya tidak mengecewakan Negara yang telah meloloskan kita, dan tidak mengecewakan mereka saudara-saudara kita yang kebetulan tidak beruntung saat itu.
Rutinitas kehidupan dan pekerjaan kita setiap hari tentu bisa kita jadual sebenarnya, dan mana pekerjaan yang menjadi pokok (prioritas) dan pekerjaan yang sampingan tentu juga bisa kita bedakan. Termasuk tugas sebagai PNS (abdi negara), hendaknya apa yang kita jadikan sumpah saat pelantikan, tentunya menjadi pemicu kita untuk lebih disiplin. PNS adalah abdi Negara atau pelayan pemerintah dan masyarakat, dari segala kebutuhan jasa dan pelayanan yang mereka butuhkan. Dari jabatan masing-masing sudah ada ketentuan kerjaan, gaji, tunjangan, fasilitas dan jam yang harus mereka penuhi dan perhatikan setiap harinya.
Sehingga bagi mereka-mereka saudara saya yang kebetulan kurang disiplin, kalau lebih extrim saya katakana, bahwa tidak disiplin sama artinya koruptor atau penghianat atas sumpah jabatan dan merujuk ke Al-Qur’an surat Al-‘Ashr tadi adalah tidak beriman. Korupsi karena kita mengurangi jam / waktu yang seharusnya kita bekerja namun kita tidak bekerja tanpa alasan apapun, tanpa ijin pimpinan dan sebagainya sesuai ketentuan-ketentuan yang berlaku dan sudah diatur dalam tata kepegawaian Negara. Oleh karena itu apabila kita tidak disiplin, atau telat masuk kantor, maka berapa urusan yang terbengkalai atau orang-orang yang kebetulan membutuhkan kita segera namun kita tidak ditempat. Kembalilah kepada PANCA PRASETYA KOPRI yang kita hafalkan bersama dan harusnya kita renungi dan laksanakan dalam setiap kehidupan ke-pegawai-an kita.
Percayalah bahwa tidak ada kerugian apa-apa jika kita sepakat untuk disiplin. Malah kita akan merasakan ketentraman dan keteraturan dalam setiap kehidupan yang kita lewati. Mulailah dari diri kita sendiri, dari kehidupan rutinitas dirumah. Baik itu yang berkaitan dengan masayarakat maupun dengan Allah SWT. Apabila kita sudah bisa mendisiplinkan diri, melalui undangan rapat yang diberikan RT mislanya sampai kepada disiplin waktu shalat, maka insyaAllah untuk waktu-waktu dan urusan-urusan yang lain kita bisa lebih disiplin dari sebelumnya.
Niatkan bahwa kerja apapun adalah ibadah, walaupun berbentuk dunia namun tujuannya adalah akhirat karena sebagai bekal kita ibadah. Harta yang kita cari, bukan semata-mata untuk dunia saja, namun jauh dari itu yakni tujuan akhir dari kehidupan kita. Lebih-lebih di bulan yang penuh berkah dan mulia ini. Tentunya kita akan hiasi dengan pekerjaan-pekerjaan yang mulia dan berkah termasuk disiplin tadi. Negara sangat mengharagai kita, melalui berbagai fasilitas yang diberikan dan disiapkan, oleh karena itu, saatnya kita pertanyakan “apa yang kita berikan untuk negara?” ini adalah kewajiban setiap abdi negara. Bukan hanya hak saja yang kita tuntut, “apa yang negara berikan kepada kita?”.

Penulis, Penyuluh Agama Islam di KUA Kec. Mpunda Kemenag Kota Bima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar