Minggu, 14 Agustus 2011

Mewujudkan Kerinduan Syurga


Oleh : Mustapa Umar

Mungkin kalau kita tanya sebagian besar yang melakukan ibadah, atau bentuk penghambaan apapun kepada Allah SWT adalah ingin mendapatkan syurga nanti di alam akhirat setelah kita mendiami alam dunia ini. Walaupun beribadah karena mengharapkan pahala (syurga) atau karena takut dosa (neraka) adalah tidak boeh. Yang kita tekankan sebenarnya adalah hanya ikhlas semata-mata karena Allah SWT dan mengharap keridhaan-Nya saja. Namun lain halnya dengan masalah yang satu ini, bahwa kitalah yang dirindukan oleh Syurga Allah. Dan seperti apakah mereka yang dirindukan itu?
Coba kita lihat satu hadits Rasulullah SAW, “bahwa syurga merindukan empat orang; pertama taalil al-qur’an (senang membaca al-Qur’an). Kedua, wahifdzillisan (menjaga lidahnya). Ketiga, waath’imul jia’an (memberi makan orang yang sedang kelaparan) dan keempat shiyamuramadhan (orang yang puasa di bulan ramadhan).”    
Dari keterangan hadits ini, nampaknya semua itu bisa kita lakukan dan kerjakan pada bulan ini, bersamaan  dengan kita melaksanakan ibadah puasa. Mari kita coba lihat;
Pertama, orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah sumber dari segala hukum yang ada, yang kita jalani dalam penghambaan kita kepada Allah SWT. Mulai cara bersyahadat (tauhid), shalat, zakat, dan puasa ini termasuk hajji nantinya, adalah bersumber dari al-Qur’an. Nyata memang, ahli-ahli syurga adalah mereka-mereka yang bisa menjalankan perintah Allah dengan baik, benar dan sempurna. Dan perintah-perintah Allah ini, dapat kita ketahui setelah kita bisa “membaca (teks atau konteks)” al-Qur’an.
Dan saat ini, entah apakah karena al-Qur’an diturunkan di bulan ramadhan ataukah hanya untuk mendulang lebih banyak kebaikan yang kita akan dapatkan di bulan ini tujuan mereka membaca al-Qur’an? tapi kenyataannya memang al-Qur’an lebih banyak di baca hanya di bulan ramadhan dibanding bulan-bulan yang lain. Al-Qur’an dibaca dari mulai terbenam matahari sampai terbit fajar, bahkan dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Ada yang membaca di rumah, di musholla, di perjalanan-perjalanan lebih-lebih di Masjid. Sehingga kesempatan untuk dirindukan syurga dari hal pertama ini, sangat terbuka lebar.
Kedua, mejaga lidah.
Lidah memang tak bertulang. Ungkapan ini sangat sering kita dengar, karena terkadang ucapan kita tanpa dirasa dan terasa bisa melukai perasaan sesama kita. Dan bisanya seseorang menjaga lidahnya adalah sebagai bukti manusia itu baik dengan sesame atau sebaliknya. Oleh karena itu, keselamatan seseorang terletak pada ucapannya (lidahnya). Sering terjadi pertengkaran bahkan pertempuran hanya berawal dari ucapan lidah yang kurang terkontrol fikiran.
Memang puasa adalah menahan diri dari segala makan dan minum, dan melakukan hubungan suami istri di siang hari serta berkata-kata yang jelek atau kotor (fitnah, bohong, ghibah, namimah, menghasud, mencela, menghina dll. Karena apabila kita melakukan ini semua, maka puasa kita dari segi “ganjaran” akan hilang. Artinya kita hanya puasa, mendapat haus dan laparnya saja. Ingat! Batal ada dua, batal puasa dan batal pahala puasa. Nah posisi lidah di bulan puasa ramadhan ini sangat penting. Karena bisa merusak pahala puasa orang yang mengerjakannya. Dan menjaga lidah lebih sulit dari sekedar menjaga hal-hal yang bisa membatalkan puasa. Namun bagi anda yang bisa menjaga lidahnya maka akan selamat pahala puasanya, peluang untuk dirindukan syurgapun terbuka jika kita bisa menahan ucapan dan menjaga lidah (ucapan) kita selama menjalankan puasa dan di luar bulan puasa ini tentunya.
Ketiga, pemberi makan orang yang kelaparan.
Demia Allah! Dia akan membalas hamba-hamba-Nya yang pandai berterimakasih (syukur) dan Dia akan membalas sekecil apapun kebaikan kita kepada orang lain. Bila kita memberi minum kepada saudara kita yang kehausan maka Allah akan memberi kita minum pada hari kiamat nanti disaat orang-orang sedang dilanda dahaga, Bila kita memberi makan kepada saudara kita yang sedang kelaparan, niscaya Allah akan memberi kita makan di saat orang-orang kelaparan pada hari akhir nanti, Bila kita memberi pakaian kepada saudara kita didunia ini, niscaya Allah akan memberi kita pakaian yang indah disaat orang-orang telanjang pada hari perhitungan nanti, bila kita memudahkan urusan saudara kita yang sedang kesulitan dan dihimpit permasalahan, yakinlah bahwa Allah akan memudahkan urusan kita sejak didunia ini. Pertolongan Allah akan datang kepada seorang hamba manakala sang hamba menolong saudaranya.
Pertolongan yang berpotensi untuk kita kerjakan di bulan ramadan ini adalah memberikan mereka orang-orang yang “kelaparan” puasa dengan berbuka atau mereka-mereka yang memang benar-benar “kelaparan” dalam artian fakir miskin, anak yatim tetangga kita. Nanti pada akhir ramadhan, satu kewaiban yang akan kita lakukan, yakni membayar zakat fitrah 2,5 % dan ini bagian dari member orang-orang kelaparan. Mereka-mereka para mustahik (penerima zakat) mempunyai hak atas harta kita. Dan oleh karena itu, Allah memerintahkan Wajib Zakat untuk membersihkan harta-harta kita, dan memberikan kepada mereka-mereka yang berhak menerimanya. Dua-duanya adalah peluang yang bisa kita raih untuk dirindukan syurga yang bisa kita lakukan di bulan penuh pertolongan ini.
Keempat, Orang-orang yang berpuasa di bulan ramadhan.
Sedang kita jalankan dan Alhamdulillah sudah memasuki fase (bagian) ke dua dari pembagian bulan ramadhan. Mulai tanggal 11 sampai dengan 20 ramadhan, adalah fase maghfiroh (pengampunan) Allah SWT. Dan semoga fase ini adalah buah dari fase awal kemarin (rahmat) yang sudah kita lalui mulai tanggal 1 sampai dengan 10 ramadhan. Dan untuk memperoleh itkumminannaar (bebas dari api neraka) pada fase terakhir tanggal 21 sampai dengan 30 ramadhan nanti. fase-fase ini adalah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Sehingga harus menjalankannya dengan benar diawal sampai akhirnya.  Ibarat sebuah perlombaan, kita harus mulai dari garis start untuk menuju finish. Dan tidak mungkin untuk masuk mulai tengah untuk menuju garis finish.
Dan seperti yang saya tulis di atas, peluang-peluang dirindukan syurga itu tersimpul dalam yang keempat ini, dan insyaAllah kalau kita konsisten (istiqamah) melakukannya, maka semuanya kita akan peroleh dan syurga menunggu kita. Semua hal ini harus berdasarkan keyakinan (iman) yang kuat. Bukankah syarat orang berpuasa, dan mendapat tujuan akhir, yakni taqwa adalah beriman. Sesuai dengan perintah Allah tentang pusa pada surat al-baqarah ayat 183 tersebut.
Dari itu mari kita bisa melakukan keempat hal-hal yang dirindukan syurga ini. Walaupun salah satu kita tekuni juga termasuk bagian dari pada orang-orang yang dirindukan syurga. Namun alangkah sempurnanya kalau keempatnya bisa kita kerjakan bersamaan di bulan ini. Amin ya rabbal ‘aalamin.


Penulis adalah Penyuluh Agama Islam di KUA Kec. Mpunda Kota Bima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar