Minggu, 14 Agustus 2011

Setelah Rahmat, Berburu Maghfiroh


Oleh : Mustapa Umar

Bismillahirrahmanirrahiim
Tiada pujian yang paling sempurna dan mulia hanyalah kepada Allah SWT. Dialah penggenggam kehidupan dan kematian setiap makhluk. Yang memberi kasih sayang tanpa pamrih dan tanpa tendensi apa-apa. Dia lah yang menjamin rezeki yang cukup kadarnya, usia yang tak akan berkurang atau bertambah sesuai waktunya, dan jodoh yang tak akan tertukar pasangannya. Subhanallah. Saudaraku saat ini kita sudah memasuki hari ke-11 Ramadhan, dan kita tentunya masih mengisinya dengan kesibukan-kesibukan yang mengngiat-Nya.
Dalam sebuah riwayat, satu bulan Ramadhan terbagi menjadi tiga (3) fase atau bagian. Mulai tanggal 1 sampai dengan 10 Ramadhan, adalah disebut fase awal dan merupakan fase Rahmat (belas kasih) Allah SWT.  Tanggal 11 sampai dengan 20 Ramadhan, adalah disebut fase pertengahan yakni fase maghfiroh (pengampunan) Allah SWT. Sedangkan fase Itkumminaannaar (bebas dari api neraka) adalah fase terakhir yakni mulai tanggal 21 sampai dengan 30 Ramadhan. Nah fase-fase atau bagian ini merupakan paket atau satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan beruntut atau beraturan. Artinya untuk 10 hari yang sudah kita lewati hendaknya sudah kita kantungi namanya Rahmat Allah SWT.
Rahmat itu sendiri, kalau dilihat dari kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa Rahmat adalah karunia atau belas kasih atau kasih sayang (rahim) dari Allah SWT. Sedngkan di dalam tafsir Ibnu Katsir mengenai basmallah, dijelaskan mengenai dua sifat Allah, yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahiim. Dari 99 nama Allah, yang menjadi istimewa adalah munculnya dua nama ini dalam Ummul Qur’an dan juga awal dari Al-Quran. Dijelaskan mengenai Ar-Rahman dan Ar-Rahiim diambil dari satu kata yakni Ar-Rahmah. Tapi keduanya memiliki makna khusus yang berbeda. Seorang ulama mengatakan bahwa Ar-Rahman merupakan nama yang bersifat umum meliputi segala macam bentuk rahmat, dan nama ini dikhususkan hanya bagi Allah SWT semata. Sedangkan Ar-Rahiim merupakan kasih sayang yang diberikan Allah SWT hanya bagi orang-orang yang beriman.
Jadi dari penafsiran di atas, wajar apabila mereka-mereka yang non-muslim mendapat rahmat dari Allah SWT, begitu juga dengan makhluk selain  manusia dan jin. Terkadang kita sedikit heran, kenapa mereka orang yang kafir lebih “berada” makmur dan sejahtera dalam kacamata manusia disbanding sebagian orang-orang muslim. Inilah yang dikatakan keridhoan Allah SWT atau kerelaan-Nya tidak bisa kita andai-andai. Sedangkan untuk manusia yang beriman mereka akan mendapat namanya rahiim (belas sayang) dari Allah SWT. Begitu istimewanya orang-orang beriman, mereka selain mendapat rahmat juga mendapatkan rahiimnya Allah SWT. Dan menjalankan Ibadah Puasa, seperti yang tertera dalam surat Al-Baqarah ayat 183 tersebut hanya untuk mereka orang-orang yang beriman saja yang sanggup melakukan ibadah ini.
Dalam suatu hadist dikatakan: “Sesungguhnya Allah memiliki 100 (seratus) rahmat, di antaranya 1 (satu) rahmat yang dengannya setiap makhluk saling menyayangi, dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anaknya, dan ada rahmat lainnya sebanyak 99 (sembilan puluh sembilan) yang akan diberikan nanti di hari kiamat.” (HR. Muslim. MasyaAllah begitu besar rahmat Allah SWT yang akan kita terima. Ada 99 rahmat yang menunggu kita, orang-orang yang beriman, yang menjalankan ibadah puasa. Bila dibandingkan dengan rahmat dunia bagi mereka makhluk Allah SWT yang kafir hanya diberikan 1 (satu) saja saat ini.
Dalam ayat 6 surat Hud juga dikatakan “Dan tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat kediamannya itu dan tempat penyimpanannya . Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” Para ulama menafsirkan ayat ini bahwa satu rahmat yang Allah turunkan, adalah Rahmat Allah berupa karunia dan rezeki bagi seluruh makhluk yang bernyawa di dunia. Mulai dari binatang, tumbuhan, dan seluruh manusia mulai dari manusia pertama hingga akhir zaman nanti. Allah SWT tidak memandang status makhluknya, hewan buas atau jinak kah, tanaman liar atau hias kah, manusia mukmin atau kafirkah, Allah akan mencukupkan rezekinya. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
Betapa Maha Rahman dan Rahiimnya Allah SWT kepada makhluknya. Tapi apakah kita hanya ingin mendapatkan 1 Rahmat Allah saja? Artinya kita hanya memburu yang di dunia ini saja? Jangan! Jangan sampai berfikir cukup yang satu itu saja, karena janji Allah SWT sesuai hadits di atas nanti bagi yang beriman (yang menjalankan ibadah puasa) akan diberikan 99 rahmat lagi di hari kiamat. Sehingga Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan kepada kita untuk memohon kepada Allah, untuk selalu mengharap Rahmat dari-Nya. Bahkan dalam suatu kisah, meskipun amalan kebaikan kita selama seribu tahun ditimbang dibandingkan dengan nikmat satu buah bola mata, ternyata masih lebih berat karunia bola mata. Mohonlah selalu Rahmat-Nya.
Dan Ramadhan tanggal 1 sampai dengan 10 kemarin, kita sudah melewati fase Rahmat itu, mudah-mudahan kita telah mengantonginya dan selanjutnya akan berburu fase ke dua yakni fase Maghfiroh (pengampunan) Allah SWT. Namun apabila kita tidak mampu untuk meraih sempurna rahmat tadi, maka jangan berharap fase maghfiroh kita dapatkan, dan selanjutnya fase terakhir nanti adalah fase itkumminannar (bebas dari api neraka). Sebab hal ini seperti yang saya tulis di atas, adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. N
Nah mudah-mudahan fase kedua ini, kita sukses menjalankannya dan menambah kecintaan kita kepada bulan puasa ini sehingga menjalankannya dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Penuh pengharapan kepada Allah, hanya mengharap ridhonya (kerelaannya) saja, bukan karena takut Neraka atau ingin masuk Syurga saja. Tidak hanya amalan wajib harus kita perbuat dan lakukan tapi juga amalan-amalan sunnah yang harus kita galakkan juga, karena bulan ini amalan sunnah diganjar dengan kebaikan amalan wajib. Sedangkan amalan wajib sendiri diganjar berkali-kali lipat, dan pahal shaum nya dibalas dengan balasan yang hanya Allah yang mengetahuinya (unlimited).

Penyuluh Agama Islam di KUA Kec. Mpunda Kota Kemenag Bima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar