Oleh : Musthofa Umar,
S. Ag., M. Pdi.
Muhammad bin Abdullah, memutuskan
hijrah ke kota Madinah, mencari peruntungan dakwah Islam meninggalkan Mekah,
kota kelahirannya. Belum genap tiga belas tahun, waktu yang relatif singkat
untuk mencipta peradaban baru, dari kota kecil nan tandus itu, beliau sukses
menyampaikan pesan Tuhan ke sekian banyak manusia, merubah paganisme masyarakat
jahiliyah menuju penyembahan kepada Tuhan yang satu, menembus batas teritorial
kota Madinah, menaklukkan Mekah, hingga menjalar ke seluruh jazirah Arab
kemudian melintasi benua. Jutaan manusia berbondong-bondong mengikuti ajakannya
memasuki agama Islam. Hingga sekarang, tak sejengkal wilayahpun di bumi
luput dari pancaran cahaya Islam.
Peristiwa inilah yang kita umat
Islam, dijadikan tonggak sejarah setiap 1 Muharram adalah perubahan awal tahun.
15 Nopember 2012 kemarin, dalam penanggalan Islam kita Hijrah (pindah) dari
tahun 1433 ke tahun 1434 Hijriyah. Satu tahun usia kita bertambah, namun apakah
perubahan yang kita lakukan seiring berubahnya tahun baru kita? Dari itu, saya
mencoba mempetakan makna hijrah Rasulullah untuk kita umatnya saat ini.
Ada 3 pesan perubahan dalam
menyambut Tahun Baru Hijriah ini, yaitu: (1), Hindari kebiasaan-kebiasaan lama
/ hal-hal yang tidak bermanfaat pada tahun yang lalu untuk tidak diulangi lagi
di tahun baru ini. (2) Lakukan amalan-amalan kecil secara istiqamah,
dimulai sejak tahun baru ini yang nilai pahalanya luar biasa dimata Allah SWT,
seperti membiasakan shalat dhuha 2 raka’at, suka sedekah kepada fakir miskin,
menyantuni anak-anak yatim, dll. (3) Usahakan dengan niat yang ikhlas karena
Allah agar tahun baru ini jauh lebih baik dari tahun kemarin dan membawa banyak
manfaat bagi keluarga maupun masyarakat muslim lainnya.
Bagi kita umat Islam di
Indonesia, sudah tidak relevan lagi berhijrah berbondong-bondong seperti
jijrahnya Rasul, mengingat kita sudah bertempat tinggal di negeri yang aman, di
negeri yang dijamin kebebasannya untuk beragama, namun kita wajib untuk hijrah
dalam makna “hijratun nafsiah” dan “hijratul amaliyah” yaitu
perpindahan secara spiritual dan intelektual, perpindahan dari kekufuran kepada
keimanan, dengan meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah,
perpindahan dari kebodohan kepada peningkatan ilmu, dengan mendatangi majelis-majelis
ta’lim, perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi, dengan
kerja keras dan tawakal.
Untuk itu, mari kita jadikan
makna hijrah dengan semangat menyambut masa yang akan datang dengan penuh
harapan, kita yakin bahwa sehabis gelap akan terbit terang, setelah kesusahan
akan datang kemudahan dan kita yakin bahwa pagi pasti akan datang walaupun
malam terasa begitu lama dan panjang. Karena roda kehidupan selalu berputar dan
tidak mungkin berhenti. Imam Syafi’i pernah ebrkata:”Memang sebeanrnya zaman
itu sugguh menakjubkan,s ekali waktu engkau akan mengalami keterpurukan, tetapi
pada saat yang lain engkau memperoleh kejayaan”. Dengan pergantian waktu
setahun, menunjukkan bahwa umur kita bertambah satu tahun, tetapi kesempatan
hidup kita di dunia telah ebrkurang pula satu tahun, yang berarti semakin jauh
kita dari kelahiran dan semakin dekat kita kepada kematian. Hasan al-Basri
mengumpamakan manusia bagaikan kumpulan hari-hari, setiap hari yang pergi, kita
seperti kehilangan bagian dari diri kita. Apa yang telah pergi tidak akan
pernah kembali.
Mari kita jadikan peralihan tahun
sebagai momen untuk melihat kembali catatan yang mewarnai perjalanan hidup masa
lalu, dengan melakukan renungan atas apa yang telah kita perbuat. Kita gunakan
kesempatan ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup di dunia dan
akhirat kelak, dengan bercermin kepada nilai-nilai dan semangat hijrah dalam
kehidupan beragama dan bermasyarakat, karena sesungguhnya Allah menjadi
pergantian siang dan malam untuk dijadukan pelajaran dan mengungkapkan rasa
syukur, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Furqan ayat 62, artinya “Dan Dia
(pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin
mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. “Selamat Tahun Baru
Hijriah 1434 H” Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok
lebih baik dari hari ini. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang hari ini
lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung, Siapa yang hari ini
keadaannya sama dengan kemarin maka dia rugi, Siapa yang keadaan hari ini lebih
buruk dari kemarin, maka dia celaka” (Al Hadist). " Amin-Wallahu a’lam.
Penulis adalah Penyuluh Agama
Islam Kemenag. Kota Bima dan Anggota PHBI Kota Bima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar