Musthofa Umar
Bismillahirrrahmanirrahim..
Alhamdulillah
kita masih diberikan sehat, kesempatan, islam dan iman sehingga kita bisa menjalankan ibadah puasa
kita dengan baik. Puasa seperti hadits Nabi Muhammad SAW, awwalu rahmah,
awsatuhu maghfiroh, waakhiruhu itkumminannar (puasa itu awalnya adalah
Rahmat, tengahnya adalah Maghfiroh (pengampunan) dan akhir Ramadhan adalah
bebas dari api Neraka). Fase dalam Ramadhan ini tentu bersifat kontinu (terus
menerus) tersambung antara satu dan lainnya. Artinya, jika rahmat sudah
didapatkan, maka tentu maghfiroh Allah akan dia dapatkan pula, begitupun dengan
pembebasan dari api neraka.
Banyak
orang yang tarawih atau giat melakukan ibadah-ibadah lain di bulan Ramadhan
terjadi puncaknya pada awal-awal puasa. Namun begitu sudah sampai pertengahan,
bahkan mau akhir Ramadhan, semakin sedikit orang yang melakukan amaliah ibadah
puasa (seperti; tadarrus, tarawih dan witir). Ini menunjukkan bahwa masyarakat
kita belum memahami betul untuk apa mereka di puasakan oleh Allah SWT. Banyak
dari kita puasa tanpa mengetahui ilmu puasa itu sendiri secara benar dan
komplit. Ada peluang memang dalam setiap kultum, ceramah agama di bulan
Ramadhan, namun kita juga sering mengabaikan. Sehingga ilmu puasa itu jarang
kita tahu, dari tahun ke tahun puasa kita hanya jalan ditempat.
Fase
dalam Ramadhan mengandung dua makna, pertama; bisa berarti filter
(saringan), bahwa siapa yang bisa bertahan sampai akhir Ramadhan, dalam
mempertahankan amaliah-amaliah ibadahnya, maka dialah ‘pemenang’ atau orang
yang Itkum minannar (bebas dari api neraka). Karena tadi di atas, bahwa
rangkaian puasa itu adalah rahmat dulu, baru maghfiroh baru itkum
minannar. Sepuluh (10) hari pertama, yakni tanggal 1-10 Ramadhan, adalah
fase rahmat. Dan pada fase ini, manusia harus mampu mendapatkan rahmat sebagai
tiket menuju sepuluh (10) hari ke dua, yakni maghfiroh (pengampunan)
mulai tanggal 11-20 Ramadhan. Dan jika mereka yang puasa sudah mendapatkan
tiket maghfiroh (pengampunan) pada tanggal 11-20 Ramadhan, maka dia
berhak untuk maju ke fase terakhir dan menjadi janji Allah untuk orang-orang
yang bertaqwa adalah itkum minannar (bebas dari siksa api neraka) mulai
tanggal 21-30 Ramadhan.
Dari
fase yang ada, tentu mempunyai tantangan-tantangan yang berbeda. Dan semakin ke
atas, atau naik tingkat, tentu tantangannya semakin sulit dan berat. Ibarat
kita main game, tentu jika kita naik lavel maka, tantangan yang akan kita
hadapi pun tentu semakin sulit. Di sinilah banyak orang yang Game Over kalau
tidak bisa menahan dan menaklukkan tantangan-tantangannya. Puasa pun begitu
adanya, semakin bertambah hari, tantangan semakin besar, godaan semakin
beragam. Sehingga orang terkadang hanya sampai pada rahmat (kasih) Allah SWT
saja, namun tidak bisa samapai garis akhir (finish). Namun kita jarang menyadari akan hal ini, akan
adanya pembedaan-pembedaan tingkat dalam Ramahdan, tentu Allah SWT ingin
menguji himmah (semangat) ibadah kita, apakah mampu bertahan hingga lavel
terakhir atau kita hanya bisa ‘main’ di lavel satu (rahmat) saja?!.
Kedua; fase ini bisa jadi
menunjukkan kekuasaan Allah SWT. Bahwa fase pertama yakni rahmat (kasih) Allah
SWT memang untuk semua, sebagaimana firmanNya, wama arsalnaka illa rahmatan
lil’alamin (dan aku utus risalah (ajaran-mengajarkan) untuk kasih sekalian
alam). Dan rahmat (kasih) adalah untuk semua. Bukan hanya orang muslim, mukmin
dan yang puasa saja, akan tetapi semua isi bumi dan alam ini. baik di langit,
dalam laut, udara, yang tampak atau tidak tampak, hewan, tumbuh-tumbuhan, orang
kafir, munafik, fasik, murtad dan musyrik semuanya mendapat rahmat (kasih)
Allah SWT. Sehingga ‘terlihat’ banyak pada awal Ramadhan orang-orang yang
menyambutnya. Masjid-masjid penuh, musholla bahkan rumah orang tarawih dan tadarrus,
namun lain hal jika sudah kesepuluh hari kedua sampai kesepuluh hari ketiga.
Jadi
banyaknya orang yang ‘menyambut’ Ramadhan pada awal sepuluh (10) hari pertama,
adalah wujud dari rahmatan lil’alamin (rahmat sekalian alam) yang
ingin ditunjukkan Allah SWT kepada kita.
Manusia dalam bentuk apapun akan mendapat rahmat (kasih) Allah SWT. Tidak
peduli, apakah hari-hari sebelum Ramadhan sholat apa tidak, baca Qur’an apa
tidak yang penting puasa ikut meramaiakan masjid, musholla dan tadarrus di
rumah. Setelah itu entah kemana, dirasa sepuluh (10) hari pertama sudah dirasa
cukup untuk mendapat pengampunan Allah SWT.
Kesimpulannya,
orang yang mengejar rahamat (kasih) Allah SWT tentu akan mendapatkannya pada
sepuluh (10) hari pertama, namun jika mereka tidak bisa istiqamah (kontinu)
dalam menjalankan amaliah-amaliah ibadah Ramadhan samapai sepuluh (10) hari
kedua, tentu mereka hanya mendapatkan rahmat (kasih) Allah SWT saja. Padahal
mereka sebenarnya, punya modal untuk mengambil tiket kedua yakni maghfiroh (pengampunan),
namun banyak dari kita sekedar mencukupkan rahmat (kasih) saja. Tidak siap
untuk lanjut ke jenjang yang kedua dan ketiga. Dan barang siapa yang bisa
lanjut ke lavel kedua dan ketiga (maghfiroh dan Itkum minannar)
maka merekalah yang betul-betul tersaring imannya, dan berhak mendapat ganjaran
puasa itu sendiri yakni TAQWA seperti janji Allah SWT pada akhir surat
Al-Baqarah ayat 183 yang menjadi dalil Naqli (sandaran perintah) Allah SWT
tentang puasa Ramadhan. Yaa ayyuhalladzi naamanu kutiba ‘alaykumushshiyamu
kama kutiba ‘alalladzi naamanu minqoblikum la’allkum tattaquun (Hai
orang-orang yang beriman, telah ditetapkan (wajib) bagi kalian untuk puasa,
seperti telah di tetapkan (wajib) bagi orang-orang sebelum kamu, agar kamu
BERTAQWA.
Insyaallah
jika kita menyadari akan pentingnya
fase dalam Ramadhan, dan hikmah yang kita akan dapatkan dalam Ramadhan, tentu
kita tidak mau melewatkan semenitpun amaliah-amaliah ibadah dalam Ramadhan. Ini
adalah untuk ‘menumpuk’ amal, karena berlipat ganda hasil yang kita bisa
masukkan dalam ‘lumbung’ catatan amal ibadah kita, sebagai bekal untuk meuju
Allah SWT saat nanti kita dipanggilnya (mati) dengan khusnul khotimah (baik
diujung), matinya muslim, yang jiwanya muthmainnah (tenang). Amin ya
robbal ‘alamin.
Penulis adalah
Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kota Bima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar